PERTUMBUHAN DAN HASIL VARIETAS KEDELAI (Glycine max L.) DI LAHAN GAMBUT PADA BERBAGAI TINGKAT NAUNGAN
PENDAHULAN
Kedelai merupakan salah satu komoditi pangan yang memegang peranan penting sebagai bahan makanan utama disamping beras dan jagung, karena merupakan salah satu sumber gizi yang tinggi yaitu protein nabati (Adisarwanto, 2009). Kedelai dapat dimanfaatkan bijinya karena biji kedelai kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting seperti karbohidrat, Kalium, Fosfor, Besi, Vitamin A dan Vitamin B serta air. Biji kedelai mengandung 42-45% protein (Departemen Pertanian, 2004).
Produksi kedelai yang menunjukkan perkembangan yang meningkat, namun laju peningkatan produksi belum mampu mengimbangi laju permintaan konsumen dan kenyataan di lapangan bahwa produksi kedelai Indonesia belum mampu untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, sehingga untuk mencukupinya Indonesia mengimpor kedelai. Impor kedelai mencapai 2.08 juta ton/tahun, luas panen adalah 622.254 ha, produktivitas adalah 13.68 ton/ha dan produksi adalah 851.286 ton/tahun sedangkan tahun 2012 total kebutuhan kedelai nasional 2.2 juta ton (Badan Pusat Statistik, 2012).
Upaya yang dapat dilakukan meningkatkan produksi kedelai melalui perluasan areal. Penambahan luas areal penanaman kedelai yang dilakukan di lahan tegakan yang berusia muda. Tanaman kedelai dapat ditanam disela-sela tanaman karet atau tanaman kelapa sawit (Soverda dkk., 2009). Selain itu usaha peningkatan produksi kedelai dalam negeri terus diupayakan yaitu dengan program ekstensifikasi. Usaha ekstensifikasi dihadapkan pada semakin berkurangnya lahan-lahan produktif, untuk itu diperlukan pembukaan lahan baru yang umumnya merupakan lahan marginal salah satunya tanah gambut (Noor, 2001).
Tanah gambut merupakan lahan alternatif sebagai lahan bukaan baru baik untuk pertanian maupun tanaman perkebunan. Lahan gambut mempunyai potensi yang cukup besar mengingat arealnya cukup luas tersebar di Indonesia (Triana, 2001). Pemanfaatan potensi lahan gambut yang ditanami tanaman perkebunan yang tersedia untuk mendukung peningkatan produksi kedelai antara lain dapat dilakukan dengan penanaman kedelai sebagai tanaman sela, diantaranya penanaman kedelai secara tumpang sari, pemanfaatan di lahan seperti ini terkendala oleh rendahnya intensitas cahaya akibat faktor naungan yang tinggi.
Tanaman kedelai termasuk tanaman yang membutuhkan sinar matahari penuh karena kedelai merupakan tanaman Heliofit yaitu tanaman yang tumbuh baik jika terkena cahaya matahari penuh. Intensitas cahaya dan lama penaungan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kedelai. Penurunan intensitas cahaya menjadi 40% sejak perkecambahan mengakibatkan penurunan jumlah buku, cabang, diameter cabang, jumlah polong, dan hasil biji serta kadar protein. Tanaman kedelai yang dinaungi atau ditumpangsarikan akan mengalami penurunan hasil 6-52%, pada tumpangsari kedelai dan jagung 2-56% pada tingkat naungan 33% (Asadi dkk., 2000).
Untuk memperoleh produksi kedelai yang optimal di bawah naungan tinggi atau lahan yang intensitas cahayanya rendah diperlukan upaya untuk memperoleh varietas yang relatife berproduksi tinggi dan tahan terhadap penaungan. Varietas kedelai yang mempunyai produktivitas tinggi antara lain: Wilis, Anjasmoro, Kipas Putih, Lokon, Tidar dan Unggul Lokal (Asadi, 2000).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis telah melakukan percobaan yang berjudul Pertumbuhan dan Hasil Varietas Kedelai (Glycine max L.) di Lahan Gambut Pada Berbagai Tingkat Naungan yang bertujuan untuk mendapatkan varietas kedelai yang dapat tumbuh dan berproduksi baik pada naungan di lahan gambut.
BAHAN DAN METODE
Percobaan ini telah dilaksanakan di lahan gambut Nagari Aia Bangih Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat yang di mulai pada bulan April-Juli 2013.
Bahan yang di gunakan dalam percobaan ini adalah benih kedelai varietas Lokal, Anjasmoro, dan varietas Burangrang (deskripsi pada Lampiran 4 dan 5), pupuk Urea, SP-36, KCl, insektisida Decis. Peralatan yang di gunakan adalah alat pengolah tanah cangkul, ajir, label, ember, meteran, pisau, sprayer, parang, timbangan, seperangkat tulis, naungan yang terbuat dari daun sawit, kayu atau bambu untuk tiang, tugal.
Percobaan ini menggunakan pola faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor pertama adalah naungan (N), terdiri dari tanpa naungan (N0), naungan 1 lapis daun sawit = intensitas naungan rendah (N1), naungan 2 lapis daun sawit = intensitas naungan sedang (N2), dan naungan 3 lapis daun sawit = intensitas naungan tinggi (N3). Faktor kedua adalah varietas kedelai (V) terdiri dari 3: Varietas Lokal (V1), Varietas Burangrang (V2), dan Varietas Anjasmoro (V3). Kombinasi dari ke dua faktor tersebut adalah 4 x 3 = 12 perlakuan masing-masing diulang 3 kali, sehingga jumlah petak perlakuan 36 plot. Masing-masing plot terdiri dari 42 tanaman. Data yang diperoleh disidikragam dengan uji f dan apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan DMRT 5 %.
Pelaksanaan percobaan meliputi pengolahan tanah, pembuatan naungan atau perlakuan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan panen. Pengolahan tanah meliputi pembersihan lahan dari gulma, kemudian dibajak sekitar sedalam 20 cm dan dibuat plot ukuran 1.5 m x 1.5 cm dengan jarak antar plot 50 cm. Pembuatan naungan atau perlakuan meliputi membuat kerangka berbentuk persegi panjang yang empat sudutnya ditancapkan kayu atau bambu yang berukuran 1.6 m. Setelah itu daun sawit diletakkan memanjang dari ujung ke ujung di atas kerangka sesuai dengan perlakuan. Tinggi naungan 1.6 m dari permukaan tanah. Penanaman dilakukan secara tugal dengan 3 biji/lobang dengan jarak tanam 20 cm x 25 cm, kemudian ditutup dengan tanah dan dilakukan pemasangan label.
Pemupukan dilakukan seminggu setelah tanam yaitu pupuk di berikan 100 kg Urea/hektar atau setara dengan 0.225 g per plot, 75 kg SP-36/hektar atau setara dengan 0.168 g/plot dan 100 kg KCl atau setara dengan 0.225 g/plot. Pemupukan dilakukan dengan cara dilarik pada barisan tanaman dalam plot.
Pemeliharaan meliputi penyiraman, penjarangan, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit. Panen dilakukan setelah polong sempurna masak yaitu tanaman kedelai telah terlihat daun menguning dan rontok, polong berwarna kuning sampai cokelat dan bila di tekan sudah keras, batang telah mengering dan berwarna kecoklatan. Pemanenan dilakukan dengan cara menyabit seluruh tanaman kedelai
Parameter yang diamati meliputi : tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah bintil akar, jumlah bintil akar efektif, bobot brangkasan kering, umur berbunga, jumlah polong/tanaman, bobot 1000 biji, produksi/plot.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. dan R. Wudianto. 2005. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah-Kering- Pasang Surut. Penebar Swadaya, Bogor. 244 hal.
Adisarwanto, T. 2007. Kedelai. Cetakan ke-3. Penebar Swadaya. Jakarta. 108 hal.
Adisarwanto, T. 2009. “Kedelai” Budidaya Dengan Pemupukan Yang Efektif dan Pengoptimalan Bintil Akar. Penebar Swadaya. Bogor. 86 hal.
Afriana. 2003. Adaptasi Morfologi, Anatomi dan Fisiologi Kedelai (Glicyne max .L. Merr) pada Kondisi Cekaman Naungan. Skripsi. Program Studi Agronomi, IPB, Bogor. 56 hal.
Afrizal Elva. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan SP-36 Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glicyne max .L. Merr). Skripsi Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi Tamansiswa, Padang. 48 hal.
Andrianto,T dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Cetakan Pertama. Penerbit Absolut, Yogyakarta. Hlm: 205 hal.
Anggraeni, B.W, Jupri, Mulyana. 2010. Studi Agronomi, Morfo-Anatomi dan Fisiologi Kedelai (Glycine max (L) Merr) pada Kondisi Cekaman Intensitas Cahaya Rendah. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB. 54 hal.
Anonimous, 2008. Menggenjot Produksi Kedelai Dengan Teknologi. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30(1):510 hal.
Asadi dan D. Arsyad, 2000. Adaptasi varietas kedelai pada pertanaman tumpang sari dan naungan buatan. Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan, Bogor. Hal 10 - 15.
Badan Pusat Statistik. 2012. Data Kedelai 2012. http://www.bps.go.id. [28 Juni 2013].
Baharsjah, J. S. 2002. Legum. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 98 hal.
Chozin MA, Sopandie D. Sastrosumojo S, Sumarno (2002) Physiology and genetic of upland rice adaptation to shade. Final Report of Graduate Team Research Grant, Urge Project. Directorate General Of higher Education, Ministry of Education and Culture. Pp 104-122.
Departemen Pertanian, Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2003. Budidaya Tanaman Palawija Pendukung Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS). Jakarta. 53 hal.
Departemen Pertanian. 2004. Profil Kedelai (Glycine max L.). Buku 1. Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Jakarta. Hal. 97 hal.
Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Kanisius. Yogyakarta. 77 hal.
Giller, K.E, dan K.E. Dashiell. 2010. Protabase Record Display PROTA4U Glycinemax(L.)Merr.http://www.prota4u.org/29+Merr. [25Desember2010].
Hakim, N. M. Y., Nyakpa, A. M., Lubis, S.G., Nugroho, M. R., Saul, M. A., Diha; G. B., Hong, H. H., Bailey. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA Press, Lampung. 486 hal.
Hanafiah, K.A, 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Di dalam: Rizwan., Raja Grafindo Persada, Jakarta. 78 hal.
Harjadi, S.S dan S. Yahya, 2007. Fisiologi Stres Lingkungan. Pau Bioteknologi IPB Press. Bogor. 455 hal.
Hasnah. 2003. Pengaruh naungan terhadap pertumbahan kedelai dan kacang tanah. Jurnal Agromet 8(1):32-40.
http://www.warintek.bantul.go.id/web.php?mod=basisdata, 2008. Kedelai (glycine max L) 20 April 2008.
Karamoy, L.T. 2009. Hubungan Iklim dengan Pertumbuhan Kedelai (Glycine max (L.) Merril). Soil Environment 7(1):65-68.
Kartono. 2005. Persilangan buatan pada empat varietas kedelai. Buletin Teknik Pertanian 10(2):49-52.
Mangunsoekarjo, S dan H. Semangun, 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. UGM Press, Yogyakarta. 214 hal.
Mimbar. 2004. Mekanisme Fisiologi dan Pewarisan Sifat Toleransi Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Terhadap Intensitas Cahaya Rendah. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor. 103 hal.
Noor, M., 2001. Pertanian Lahan Gambut, Potensi dan Kendala. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hlm: 144-145.
Ogren, W.L. and R.W. Rinne. 2002. Photosynthesis and Seed Meta-bolism in Soybeans Improvement, Production and Used. B.E. Cladell (ed) American Society od Agro-nomy. Inc Publ., Madison. Parts 1: 21-35.
Osumi, K., K. Katayama, LU., de la Cruz, & AC. Luna. 2002. Fruit bearing behavior of 4 legumes cultivated under shaded conditions. JARQ. 32: 145- 151.
0 Komentar Untuk "PERTUMBUHAN DAN HASIL VARIETAS KEDELAI (Glycine max L.) DI LAHAN GAMBUT PADA BERBAGAI TINGKAT NAUNGAN"
Posting Komentar