Pengaruh Label Peringatan Merokok Terhadap Keputusan Pembelian Rokok di Kota Sigli
Pengaruh Label Peringatan Merokok Terhadap Keputusan Pembelian Rokok di Kota Sigli
Pengaruh Label Peringatan Merokok Terhadap Keputusan Pembelian Rokok di Kota Sigli |
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Label seperti halnya rambu-rambu peringatan yang mengandung harapan posoitif maupun negatif, karena label dapat menambah loyalitas bahkan mengurangi loyalitas konsumen dari suatu produk yang akan dibeli. Lebih dari itu label adalah amanat produk untuk secara konsisten memberikan informasi dan lambang kepedulian perusahaan kepada pelanggan. Dengan amanat inilah perusahaan mengharapkan konsumen dapat selalu mengenaldan percaya kepada produk yang dipasarkannya. Dengan demikian untuk mempertahankan nilai produk, perusahan harus mengamanatkan label dengan sejumlah kata-kata yang positif.
Persaingan bisnis menuntut perusahaan untuk bertindak secaralebih berhati-hati dalam upaya mempertahankan loyalitas dan kepuasan konsumen dengan membuat label yang lebih bonafit. Jika produk yang dipasarkan ternyata berakibat buruk bagi konsumen, maka yang terjadi adalah timbulnya image negatif dan hilangnya kepercayaan konsumen terhadap sebuah produk. Kondisi ini dapat menjadi bumerang dalammenghancurkan siklus kehidupan produk yang telah dibina dan dipertahankan oleh perusahaan selama bertahun-tahun.
Banyak perusahaan yang ternyata belum sadar dengan manfaat label dan tidak terbuka mencantumkan label pada produkyang dipasarkannya, walaupun pada kenyataannya label yang disajikan dapat menambah nilai, keyakinan, kejujuran, jaminan dan memberikan petunjuk bagi konsumen sebagai system interaksi secara tidak langsung yang saling menguntungkan. Faktor inilah yang secara psikologis menyebabkan konsumen mungkin lebih loyal terhadap sebuah produk yang berlabel.
Disamping label merek, kadarluarsa, label kualitas maupun lebel halal, maka label peringatan adalah suatu amanat tertulis yang pada umumnya melekat pada produk minuman dan makanan. Label ini ditetapkan pemerintah sebagai upaya melindungi hak konsumen dari kondisi-kondisi yang berbahaya. Label peringatan ini memiliki dampak yang sangat besar dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Sementara label kadarluarsa,label kualitas maupun label halal hanyalah bersifat informasi dasar.
Rokok adalah salah satu kebutuhan yang pada umumnya dikonsumsikan oleh hampir sebahagian besar konsumen laki-laki. Boleh jadi meraka tidak pernah bosan dengan kenikmatan rokok, sehingga membuat rokok adalah produk yang dikonsumsikan secara kontinyu setiap hari sebagaimana halnya dengan kebutuhan pokok lainnya. Rokok mengandung nikotin atau unsur aditif yang dapat membahayakan kesehatan konsumen, sehingga jika dikonsumsikan secara berlebihan dimungkinkan terkenanya penyakit kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin. Atas dasar inilah produk rokok diharapkan pada ketentuan penggunaan label peringatan pada setiap kemasannya di samping label-label lainnya.
Memang berat rasanya bagi produsen rokok membuat label sebagai bentuk pernyataan yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Namun Lembaga Konsumen Indonesia khususnya Pemerintah tetap memiliki tanggung jawab dalam melindungi hak konsumen. Perusahaan juga tidak dapat menanggung resiko jika produk yang dipasarkannya ternyata dapat memberikan dampak negatif bagi konsumen khususnya masyarakat, sehingga label peringatan adalah salah satu alternatif untuk melindungi hak konsumen dan upaya bagi perusahaan untuk melepas diri dari tuntutan hukum.
Hak konsumen yang utama dan perlu diperhatikan oleh perusahaan dalam memasarkan sebuah produk adalah ha katas keselamatan, di mana konsumen mempunyai hak untuk dilindungi dari produk atau jasa yang berbahaya bagi kesehatan dan kehidupan mereka. Hak ini mengharuskan perusahaan untuk melindungi konsumen dari resiko cedera yang berlebihan yang disebabkan oleh unsur-unsur dan instalasi yang terkandung di dalam produk. Pabrik dan perusahaan dituntut untuk mampu menganstisipasi dan mengevaluasi resiko yang ada dari penggunaan produk dengan membuat suatu peringatan dan informasi untuk menghindari terjadinya berbagai resiko dalam bentuk label.
Untuk dapat mempertahankan hak konsumen, maka produsen rokok harus selalu memberikan keterangan-keterangan dan informasi peringatan yang lengkap, tepat, jujur atau tidak menyesatkan, bermutu dan tidak bersifat memaksa pada setiap kemasan produk rokok yang dipasarkannya. Dengan nilai-nilai kejujuran inilah perusahaan mungkin mengharapkan konsumen lebih loyal terhadap produk rokok bahkan sebaliknya membatasi pembeliannya terhadap produk tersebut. Dengan demikian label menjadi tolok ukur dalam setiap keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk membahas secara komperehensif dalam bentukskripsi dengan judul “Pengaruh Label Peringatan Merokok Terhadap Keputusan Pembelian Rokok di Kota Sigli”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah penelitian adalah “Apakah label peringatan merokok dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian rokok di Kota Sigli?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian adalah “Untuk mengetahui pengaruh label peringatan merokok terhadap keputusan pembelian rokok di Kota Sigli”.
1.4. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Sebagai himpunan informasi yang bersifat ilmiah yang dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan masalah ini.
b. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan cakrawala penulis mengenai pengaruh label terhadap keputusan pembelian rokok.
c. Diharapkan penelitian dapat menjadi dasar dan acuan bagi pengembangan penelitian lanjutan.
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
2.1 Pemasaran
2.1.1 Pengertian Pemasaran
Pada saat ini kegiatan pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia usaha, bahkan merupakan kunci dalam keberhasllan usaha. Pemasaran juga mempunyai peranan penting dalam masyarakat, karena pemasaran menyangkut berbagai aspek kehidupan, termasuk bidang ekonomi dan sosial, karena kegiatan pemasaran menyangkut masalah mengalirnya produk dari produsen kekonsumen lapangan kerja yang penting bagi masyarakat.
Beberapa ahli telah mengemukakan tentang pengertian pemasaran yang kelihatannya berbeda, narnun pada dasarnya adalah sama. Untuk lebih memperjelas pengertian pemasaran, berikut ini akan diuraikan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Swastha (2005:17) mendefinisikan pemasaran secara luas sebagai berikut: “Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mernpromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada”.
Dari definisi tersebut, dapat kita meninjau pemasaran sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mernpromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa kepada kelompok pembeli.
Sedangkan menurut Alex S. Nitisemito (2007:13) memberikan pengertian pemasaran bahwa ”pemasaran adalah semua barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif”.
Dari pengertian pemasaran diatas, lebih ditekankan pada proses yang memperlancar hubungan antara produsen dan konsumen dalam pemenuhan kebutuhan kedua belah pihak.
Kemudian Philip Kotler, (2007:15) memberikan pengertian pemasaran sebagai berikut, ”pemasaran adalah kegiatan yang diarahkan kepada rnemuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran”. Menurut defenisi tesebut, mula-mula manusia harus menemukan kebutuhan terlebih dahulu, kemudian berusaha untuk memenuhi dengan cara mengadakan hubungan. Dapat pula dikatakan bahwa kegiatan pemasaran itu diciptakan oleh pembeli dan penjual, kedua belah pihak sama-sama mencapai kepuasan.
Dibuktikan dari banyaknya difinisi pemasaran menurut para ahli yang berbeda-beda, baik dari segi konseptual maupun dari persepsi atau penafsiran, namun semuanya bergantung dari sudut mana tinjauan pemasaran tersebut, akan tetapi pada akhirnya mempunyai tujuan yang sama. Umumnya para ahli pemasaran berpendapat bahwa kegiatan pemasaran tidak hanya bertujuan bagaimana menjual barang dan jasa atau memindahkan hak dari produsen ke pelanggan akhir, akan tetapi pemasaran merupakan suatu usaha terpadu untuk bagaimana memuaskan kebutuhan dan keinginan pembeli guna mendapatkan penjualan yang dapat menghasilkan keuntungan yang diharapkan.
Lebih lanjut Kotler, (2007:18) mengemukakan bahwa ”pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa pemasaran mengandung aspek sosial baik secara individu maupun berkelompok untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, akibat adanya keinginan dan kebutuhan tersebut maka terciptalah suatu interaksi yang disebut transaksi pertukaran barang dan jasa. Tujuannya merupakan bagaimana memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan baik terhadap individu maupun kelompok.
SofyanAssauri, (2008:3) mengatakan bahwa ”teori pemasaran merupakan hasil prestasi kerja kegiatan usaha yang berkaitan dengan mengalirnya barang dan jasa dari produsen sampai ke pelanggan”.
Teori ini merupakan teori yang banyak digunakan dalam mengambil keputusan pemasaran yang harus dibuat jauh sebelum produk itu dihasilkan, seperti keputusan mengenai produk yang dibuat, pasar, harga dan promosi. Keputusan pemasaran tersebut dapat berupa produk apa yang harus diproduksi, apakah produk itu harus dirancang, apakah perlu dikemas, dan merek apa yang akan digunakan untuk produksi itu. Keputusan mengenai produk itu harus dikaitkan dengan sasaran pasar yang dituju. Demikian pula mengenai tingkat harga jual yang direncanakan serta kegiatan iklan atau atvertisement dan personal selling, harus dilakukan jauh sebelum barang atau jasa diproduksi. Sofyan Assauri, (2008:4) menambahkanbahwa ”pengertian teori pemasaran diliat dalam berbagai aspek dan ditinjau yang pada esensinya sangat luas pengertiannya”.
2.1.2 Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yang ditujukan untuk mengatur proses pertukaran. Menurut Fandy Tjiptono (2007:16) adalah: “Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi penentuan harga, promosi dan distribusi barang, jasa dangagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi”.
Sedangkan menurut Rismiati, (2005:33), manajemen pemasaran adalah: “Sebagai analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian atas program- program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan menjaga pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan organisasional”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah sebagai kegiatan yang direncanakan, dan diorganisasiknan yang meliputi pendistri busian barang, penetapan harga dan dilakukan pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang telah dibuat yang tujuannya untuk mendapatkan tempat dipasar agar tujuan utama dari pemasaran dapat tercapai.
2.2 Pengertian Label
Salah satu ketentuan pemerintah yang harus diperhatikan oleh produsen adalah masalah dalam penggunaan label. Label dan segala sesuatu yang diwakilkannya adalah bagian dari instalasi produk yang mengandung unsur kepedulian dan kejujuran perusahaan dan dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Label yang sebahagian besar terdiri dari keterangan gizi, kadaluarsa, label halal serta label peringatan adalah upaya pemerintah dalam melindungi hak konsumen dari berbagai dampak buruk yang ditimbulkan oleh produk tersebut.
Menurut Kotler (2003:295) “Masalah yang mempunyai kaitan erat dengan masalah pembungkusan produk dan merek adalah pemberian atau penentuan label. Label adalah bervariasi dari potongan kertas sederhana yang dikaitkan pada produk samapi gambar grafik rumit yang merupakan bagian dari kemasan”.
Engel (2005:17) menyatakan label adalah “Melibatkan pelekatan semacam gambaran pada seseorang seperti “Anda Baik Hati”. Label diduga menyebabkan orang memandang diri mereka dengan cara disiratkan oleh labelnya. Ini pada gilirannya meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan menjalankan prilaku yang konsisten pada labelnya”.
Sementara Swastha (2004:141) menyatakan label adalah “Bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang barang tersebut atau penjualannya”.
Menurut Stanton (2001:282) “Label adalah bagian sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau tentang penjualnya”.
Dengan demikian sebuah labelmerupakan bagian dari pembungkusan, atau mungkin merupakan suatu etiket yang tertempel secara langsung pada suatu produk yang diamanatkan oleh sejumlah tulisan. Dengan label ini konsumen dapat memperoleh berbagai informasi dan peringatan dalam memandang dan menjaga dirinya dari dampak buruk yang disebabkan oleh sebuah produk yang dibelinya.
2.2.1 Jenis Label Menurut Fungsinya
Sebagaimana halnya merek, label mengandung persepsi yang berbeda dari mata pelanggan yang secara langsung mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Konsumen dengan berbagai perilaku memiliki pandangan yang berbeda antara satu sama lain menurut kepentingan masing-masing terhadap label. Dengan sebuah label, mungkin konsumen memiliki image bahwa suatu produk telah bereputasi. Konsumen lainnya mungkin membuat suatu keputusan dari kehati-hatiannya dalam mengkonsumsikan sebuah produk. Sementara yang lainnya melalui label dapat memilih produk yang tidak berdampak buruk bagi mereka.
Menurut Swastha (2004:142) terdapatgolongan label yaitu :
a. Brand Label
BrandLabel adalah label yang semata-mata sebagai brand. Misalnya pada kain atau tekstil, kita dapat mencari tulisan yang berbunyi : “Sanforized, berkolin, tetoron”, dan sebagainya. Nama-nama tersebut digunakan oleh semua perusahaan yang memproduksinya. Selain brand label ini, masing-masing perusahaan juga mencantumkan merek yang dimilikinya pada tekstil yang diproduksi.
b. Grade Label
Grade Label adalah label yang menunjukkan tingkat kualitas tertentu dari suatu barang. Label ini dinyatakan dengan suatu tulisan atau kata-kata. Misalnya pada tepung terigu sering tercantum tulisan yang berbunyi : “Kualitas nomor 1, kualitas superior”, dan sebagainya.
c. Descriptive Label
Descriptive Label atau juga disebut informative label merupakan label yang menggambarkan tentang cara penggunaan, susunan, pemeliharaan, hasil kerja, dari suatu barang. Pada barang jenis obat-obatan sering kita jumpai label bentuk seperti ini terutama pada pembungkusnya : “Awa obat luar, aturan pakai (kocok dahulu), dan bahan-bahan yang terkandung di dalamnya”.
Stanton (2001:225) juga menjelaskan beberapa jenis label yang dapat dibedakan atas :
1. Label Merek (Brand Merek)
Label yang semata-mata sebagai brand, misalnya paada kemasan makanan kecil yang diproduksi oleh PT. Indofood pasti di setiap jenis kemasan makanan yang diproduksi ada tertulis Indofood Frito Lay sebagai perusahaan yang mengeluarkan produk tersebut.
2. Label Tingkatan Kualitas (Grade Label)
Label yang menunjukkan tingkat kualitas tertentu dari barang yang dinyatakan oleh tulisan atau kata-kata, misalnya pada kemasan agar-agar ada tertulis angka.
3. Label Deskriptif (Descriptive Label)
Label yang menggambarkan tentang cara penggunaan, komposisi produk, dan cara pemeliharaan produk, misalnya pada kemasan pewangi ruangan ada tertulis : “Hindari tempat panas”.
Label mempunyai beberapa fungsi dan penjual harus memutuskan mana yang akan digunakannya. Menurut Kotler (2003:295) sekurang-kurangnya ada beberapa cara dalam pemanfaatan label adalah sebagai berikut:
1. Label dapat mengindetifikasi produk atau merek seperti nama Sunkist yang dicap pada jeruk.
2. Label mungkin juga mengklasifikasikan produk – peach dalam kaleng diberi label kelas A, B dan C.
3. Label dapat menguraikan beberapa hal mengenai produk – siapa yang membuat, di mana dibuat, kapan dibuat, apa isinya, bagaimana sebaiknya digunakan dan bagaimana menggunakan dengan aman. Akhirnya label dapat mempromosikan produk dengan gambar menarik.
Dengan demikian banyak bentuk-bentuk label yang dapat digunakan oleh perusahaan sesuai dengan bentuk dan jenis produk yang akan dipasarkannya. Perusahaan dapat mempergunakan satu atau beberapa label yang sesuai. Pada umumnya label secara garis besar terdiri dari label peringatan penggunaan produk, informasi kualifikasi produk serta label ciri khusus yang melekat erat dengan merek dagang.
Lebih lanjut Kotler (2003:295) menyatakan bahwa “Pemberian label belakangan ini dipengaruhi oleh penetapan harga unit (menyatakan harga per unit ukuran standar), tanggal kadaluarsa (menyatakan umur harapan produk masih layak digunakan) dan keterangan mengenai gizi (menyatakan nilai gizi dalam produk)”.
Di Indonesia label selain komitmen perusahaan sendiri dalam memberikan inforinasi terhadap pemggunaan dan kualifikasi kualitas produk, juga merupakan suatu ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah khususnya untuk label-label halal dan label peringatan. Dengan label tersebut pemerintah dapat melindungi hak konsumen dari aspek-aspek kesehatan dan aspek budaya (agama). Mereka yang beragama Islam tentunya menginginkan produk yang akan dikonsumsikan benar-benar halal dan bebas dari alcohol. Begitu juga dengan label peringatan yang dapat melindungi konsumen dari dampak negatif dari penggunaan produk. Sementara label lainnya mengandung informasi kadaluarsa dan kualifikasi mutu produk. Dengan demikian label dapat menjadi tolok ukur dalam keputusan pembelian konsumen.
2.2.2 Label Keterangan
Menurut Kotler (2003:295) Label Keterangan Gizi adalah “Label yang menyatakan nilai yang ada dalam produk”.
Sementara Engel (2005:161) menjelaskan Label Keterangan Gizi merupakan “Salah satu bagian dari sumber informasi yang kerap diperiksa dan diperhatikan oleh konsumen pada suatu produk. Dan kadang efek dari sumber informasi ini mungkin besar. Sebagai contoh pelabelan gizi cenderung meningkatkan persepsi konsumen atas atribut seperti “Sehat” dan “Lembut”.
2.2.3 Label Peringatan
Dari beberapa label yang digunakan dalam sebuah instalasi produk, label peringatan adalah label dikhususkan pada produk-produk tertentu, yang unsur produknya jika salah digunakan atau penggunaan secara berlebihan dapat berdampak negatif terhadap konsumen, seperti rokok, obat-obatan dan produk cairan yang digunakan untuk pemusnah serangga. Menurut Wibowo (2001:32) label peringatan adalah “Keterangan-keterangan yang memberikan unsur pengawasan dan kehati-hatian bagi konsumen terhadap penggunaan sebuah produk. Peringatan tersebut dapat berupa konsumsi berlebihan, bahaya penyimpanan atau terkena pada anggota tubuh tertentu”.
2.3. Perilaku Konsumen
2.3.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen sesungguhnya merupakan bagian tak terpisahkan dari perilaku manusia secara umum yang merupakan manifestasi untuk memenuhi berbagai bentuk kebutuhan dan keinginannya dengan berbagai corak dan pola. Pemasar akan berhadapan dengan bagaimana konsumen memilih ciri-ciri produk dan menawarkan tingkat harga yang relatif berbeda antara satu dengan lainnya dan sebagainya yang berhubungan dengan semua piranti pemasaran. Perbedaan-perbedaan tersebut didorong oleh berbedanya factor-faktor penghasilan, usia, pendidikan, budaya dan berbagai factor lainnya yang berbeda dari konsumen. Para konsumen juga mempunyai sikap dan motivasi yang berbeda-beda, baik itu perbedaan dalam membeli ataupun perbedaan dalam menggunakan produk hingga sikapnya setelah menggunakan produk.
Bersamaan dengan itu Kotler (2002:23) mengatakan istilah perilaku konsumen sebagai berikut:
“Bagaimana konsumen memberikan jawaban (membuat keputusan) terhadap berbagai rangsangan pemasaran yang dapat diatur oleh perusahaan. Perusahaan yang benar-benar memahami bagaimana konsumen memberikan jawaban terhadap ciri-ciri yang berbeda, haraganya, daya tarik periklanan dan lain-lain akan meraih keuntungan lebih banyak dari pada para pesaing lainnya”.
Sedangkan Budiyanto (2004:72) mendefinisikan perilaku konsumen adalah “Sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan pengaturan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahuluidan menyusuri tindakan itu”.
Menurut Mowen (2005:5) perilaku konsumen adalah “Sebagai kajian tentang satuan pembeli (buying units) dan proses pertukaran (exchange processes) yang terlibat dalam mencari (acquiring), memakai (consuming) dan menghentikan pemakaian (disposing) barang, jasa, pengalaman dan ide”,
Konsumen dengan berbagai perilaku adalah unsur penting yang perlu diperhatikan oleh pemasar, karena yang menentukan tinggi rendahnya penjualan adalah konsumen dan bukan tenaga pemasaran. Oleh karena itu para pemasar hendaknya dapat berorientasi terhadap perilaku konsumen dengan cara mendesain dan menciptakan suatu produk yang dapat menimbulkan daya tarik dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang memiliki perbedaan antara satu sama lainnya. Studi tentang perilaku konsumen menyajikan informasi kepada bagian pemasaran yang akan dimanfaatkan untuk memperbesar kemungkinan suksesnya suatu produk dipasar.
2.3.2 Tahap-tahap Dalam Proses Keputusan Konsumen
Beragamnya jenis dan bentuk produk yang dibutuhkan dengan jumlah pendapatan yang relatif terbatas mendorong konsumen untuk membuat suatu keputusan dan tahap-tahap pembelian. Dengan menetapkan suatu keputusan yang baik konsumen setidaknya dapat memenuhi kepuasan secara maksimal. Proses keputusan yang diambil oleh konsumen merupakan suatu kumpulan dari sejumlah kriteria yang ada. Keputusan pribadi akan berkolaborasi dengan sejumlah keputusan lainnya, apalagi kebutuhan yang akan dibeli berkaitan erat dengan pemenuhan kepuasan bersama (keluarga).
Setiap proses keputusan menurut Kotler (2002:267) mempunyai struktur 5 (lima) komponen antara lain :
1. Keputusan tentang pembelian
2. Keputusan tentang produk
3. Keputusan tentang jumlah
4. Keputusan tentang waaktu pembelian
5. Keputusan tentang cara pembayaran
Konsumen akan lebih mudah mengambil keputusan dalam pembelian ulang atau pembelian yang sifatnya terus menerus terhadap produk yang sama apabila dapat memenuhi kepuasannya secara maksimal. Masing-masing konsumen akan menentukan keputusan pembeliannya meliputi kualaitas produk, merek, tempat/lokasi pembelian dan waktu pembelian. Apabila factor-faktor tersebut tidak dapat memenuhi kepuasannya maka pembeli akan mempertimbangkan kembali keputusan pembeliannya.
Selanjutnya Mowen (2005:422) juga menjelaskan dalam melakukan keputusan pembelian suatu produk, konsumen akan berhadapan dengan berbagai tahap :
Gambar 1. Tahap-tahap Dalam Proses Pembelian
Dengan demikian terdapat beberapa tahap yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk mnrealisasikan pembeliannya, baik pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian dan perilaku setelah pembelian sendiri. Pengenalan kebutuhan ditujukan untuk mengetahui adanya jenis dan bentuk kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Jika kebutuhan tersebut diketahui maka konsumen dapat menentukan mana yang harus didahulukan yang dapat menciptakan kepuasan.
Sedangkan pencarian informasi sangat tergantung pada kuat atau lemahnya dorongan untuk memenuhi kebutuhan dari produk yang ada. Banyak informasi yang dapat dijadikan sebagai narasumber keputusannya baik secara langsung maupun tidak yang biasanya didorong oleh factor eksternal keluarga, teman kerabat atau sumber lainnya. Iklan juga ikut memberikan kemudahan-kemudahan untuk memperoleh informasi tambahan sebagai sumber pengambilan keputusan.
Menurut Kotlet (2002:261) sumber-sumber informasi konsumen terbagi menjadi 4 (empat) kelompok penting yaitu :
1. Sumber pribadi, keluarga, teman, tetangga, kenalan.
2. Sumber niaga, periklanan, petugas penjualan, bungkusan dan pameran.
3. Sumber umum; media massa, organisasi konsumen.
4. Sumber pengalaman; penanganan, pemerikasaan dan pengenalan produk.
Dengan demikian informasi konsumen terdiri dari berbagai sumber baik secara internal maupun eksternal. Walaupun sebahagian besar sumber informasi yang diterima berasal secara eksternal, konsumen juga dapat mencerna informasinya secara internal seperti pengalaman, penanganan, pemeriksaan, pengenalan produk dan secara aktif mencari informasi (pengenalan produk).
Tapi selanjutnya adalah evaluasi dan penilaian alternative karena jenis dan bentuk produk yang dijual relatif beragam. Proses ini akan dapat memberikan kepuasan secara maksimal apabila konsumen melakukannya secara bijaksana. Bahwa apa yang akan dikonsumsikan di kemudian hari akan dapat memberikan kepuasan kepadanya. Menurut Kotler (2003:261) ada beberapa konsep dasar yang memperjelas proses penilaian alternative konsumen adalah :
1. Sifat produk, setiap konsumen memandang suatu produk sebagai himpunan dari sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu.
2. Konsep bobot kepentingan, konsumen mengaitkan bobot pentingnya ciri-ciri yang berbeda itu dengan ciri-ciri yang sesuai.
3. Konsep kepercayaan merek, konsumen mengembangkan seperangkat kepercayaan merek di mana setiap mereka menonjolkan ciri khasnya.
4. Konsep fungsi kemanfaatan, menggambarkan bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan yang diperoleh dari produk dengan tingkat altenatif yang berbeda-beda bagi setiap ciri.
5. Konsep prosedur penilaian, terbentuknya sikap konsumen terhadap beberapa pilihan, merek melalui prosedur penilaian. Konsumen menerapkan prosedur penilaian yang berbeda untuk membuat suatu pilihan dari sekian banyak ciri objek.
Keputusan pembelian adalah proses realisasi pembelian secara rasional maupun irrasional. Apabila konsumen dalam mengrealisasikan pembeliannya pada factor harga, kualitas dan merek maka pembeliannya digolongkan dalam batas yang rasional. Akan tetapi bila proses pembeliannya berorientasi pada factor kegengsian, pelayan atau tempat penjualan, mungkin digolongkan irrasional.
2.4Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
Peneliti | Judul Penelitian | Metode | Hasil |
Amar Firdausi (2014) | Analisis Pengaruh Iklan Bergambar pada Pembungkus Rokok Terhadap Keputusan Pembelian Rokok Sampoerna Mild di Kota Banda Aceh” | Metode analisis menggunakan rumus regresi sederhana | Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa: Iklan Bergambar pada Pembungkus Rokok mempengaruhi keputusan pembelian. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin suatu perusahaan cenderung memiliki kebijakan-kebijakan positif maka semakin meningkat Keputusan Pembelian Rokok Sampoerna Mild di Kota Banda Aceh |
Rahmawati (2014) | Persepsi Iklan Merokok Terhadap Minat Konsumsi Rokok (Studi pada masyarakat di Kota Banda Aceh) | Metode analisis menggunakan rumus regresi sederhana | Adapun hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa: faktor Iklan Merokok berpengaruh terhadap inovasi produk terhadap Minat Konsumsi masyarakat. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin suatu perusahaan cenderung memerhatikan kebijakan-kebijakan terhadap keputusannya maka semakin meningkat Minat Konsumsi Rokok pada masyarakat di Kota Banda Aceh |
2.5 Hipotesis
Yang menjadi hipotesis penelitian adalah “diduga label peringatan merokok berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian rokok di Kota Sigli”.
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada informasi dan keputusan pembelian konsumen terhadap produk rokok di Kota Sigli dan label menjadi faktor pengambilan keputusan bagi mereka. Selain itu juga disajikan beberapa informasi tambahan tentang gambaran umum daerah penelitian dan keadaan pemasaran rokok dan konsumen rokok di Kota Sigli.
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Pada penelitian ini, penulis menjadikan masayarakat Kota Sigli yang mengkonsumsi rokok sebagai populasi dalam peneltian ini. Prosedur yang kemudian digunakan untuk pengumpulan data adalah teknik probability sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
3.2.2 Sampel
Kemudian digunakan metode Simple Random Sampling, yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Dikarenakan jumlah populasinya tidak diketahui secara pasti maka untuk menentukan besarnya sampel yaitu dengan menggunakan rumus Unknown Populations:
Keterangan :
n = Ukuran sampel
Z = Tingkat keyakinan pada α = 5% (95%) maka Z = 1,96
µ = Margin of error, tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (ditentukan 10%)
Dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut :
n = 96,4 = dibulatkan menjadi 100 responden
Dari hasil perhitungan tersebut maka diketahui besar sampel yang diperlu kan adalah 100 responden.
3.3 Metode pengumpulan data
Teknik pengumpulan data penelitian ini sebagi berikut :
a. Angket (kuesioner) adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden denga tujuan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
b. Wawancara yaitu metode pengumpulan data berupa pertanyaan secara langsung diajukan kepada sumber informasi atau pihak-pihak yang terkait untuk mendapatkan data yang diperlukan sesuai dengan topik penelitian, seperti bertanya langsung kepada para responden.
c. Dokumentasi adalah mengadakan pencatatan terhadap dokumen mengenai gambaran umum obyek (perusahaan) yang diteliti demi kelengkapan dalam penyajian data dan data ini merupakan data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung melalui perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain.
3.4. Skala Pengukuran Variabel
Pada penelitian ini pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan skala ordinal. Ukuran ordinal adalah angka yang di berikan dimana angka-angka tersebut mengandung pengertian tingkatan (Nazir, 2004:158). Selanjutnya dalam prosedur skala likert ini adalah menentukan skor atas setiap pertanyaan dalam kuesioner yang disebarkan dimana masing-masing pertanyaan sebagai berikut :
Tabel 3.1
Skala Pengukuran
Item | Alternatif jawaban |
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju | 1 2 3 4 5 |
3.5. Peralatan Analisis Data
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui ada tidaknya “Pengaruh Label Peringatan Merokok Terhadap Keputusan Pembelian Rokok di Kota Sigli”. Model variabel-variabel tersebut dapat disusun dalam fungsi atau persamaan sebagai berikut :
Y = a + .x + e
Dimana :
Y = Keputusan Pembelian
a = Bilangan konstan
X = Lebel Peringatan Merokok
e = error
3.6. Devinisi Operasional Variabel
Definisi variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini digunakan sejumlah variabel yang dibagi menjadi dua bagian yaitu : variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Definisi operasional masing-masing variabeladalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel Lebel Peringatan Merokok (X)
Variabel | Indikator | Ukuran | Skala |
Lebel Peringatan Merokok (X) | 1. Label peringatan dapat memberikan image bahwa adanya rasa solidaritas dan kepedulian perusahaan rokok tehadap keputusan anda 2. Label peringatan dapat menambah sikap anda untuk menjadi orang-orang yang sesuai dengan slogan label peringatan 3. Label peringatan dapat memberikan nilai tambahan terhadap mutu, rasa dan aroma rokok kegemaran anda 4. Label Merek dapat menambah daya tarik anda untuk selalu teringat kepada rokok kegemaran anda. 5. Label peringatan akan meningkatkan kepercayaan dan rasa ingin tahu anda terhadap berbagai dampak yang ditimbulkan oleh rokok | 1-5 1-5 1-5 1-5 1-5 | Interval Interval Interval Interval Interval |
Tabel 3.3
Definisi Operasional Variabel Keputusan Pembelian (X)
Definisi | Indikator | Ukuran | Skala |
Keputusan Pembelian (Y) | 1. Anda memilih jenis rokok yang tercantum label peringatan yang menarik dan sesuai dengan kepribadian anda 2. Label peringatan membuat anda membeli rokok dengan kadar nikotin dan tar yang lebih rendah 3. lebel peringatan menurunkan tingkat pembelian rokok 4. Anda memilih rokok yang sesuai karena adanya label peringatan standar kualitas tembakau 5. Anda memilih mengkonsumsi rokok dikarenakan kecanduan anda walau adanya lebel peringata | 1-5 1-5 1-5 1-5 | Interval Interval Interval Interval |
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Data Kuesioner
3.7.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan sah jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengung kapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung (untuk setiap butir dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlations dengan r table untuk degree of freedom (df) = n-k, dalam hal ini n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah item. Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan tersebut dikatakan valid (Ghozali, 2012: 45 ).
Dimana :
=koefisien korelasi (r-hitung)
= Skor variabel independen
= Skor variabel dependen
= Hasil kali skor butir dengan skor total
n = Jumlah Responden
3.7.2 Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jieseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu variable dikatakan reliabel jika memberikan nilai α > 0,60 (Ghozali, 2012: 42)
Dimana :
α = koefisien reliabilitas
r = korelasi antar item
k = jumlah item
3.8 Uji Asumsi Klasik
3.8.1 Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variable bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol Ghozali, (2012: 91). Multikolonieritas dideteksi dengan menggunakan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variable bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF=1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF dibawah 10 (Ghozali, 2012: 92).
3.8.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari suatu residual pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendekati heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatter plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Jika ada titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y tanpa membentuk pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, (2012: 105).
3.8.3Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati normal. Suatu data dikatakan mengikuti distribusi normal dilihat dari penyebaran data pada sumbu diagonal dari grafik Ghozali, (2010:110). Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi normalitas.
3.8.4 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan paling baik dalam analisa regresi dimana hal yang ditunjukan oleh besarnya koefisiendeterminasi (R2) antara 0 (nol) dan I (satu). Koefsien determinasi (R2) nol variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen, Selain itu koefisien determinasi (R2) dipergunakan untuk mengetahui prosentase perubahan variabel tidak bebas (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X).
3.9 Pengujian Hipotesis
3.9.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Dalam penelitian ini, uji F digunakan untuk mengetahui tingkat siginifikansi pengaruh variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan adalah :
Ho : Variabel-variabel bebas yaitu lebel peringatan merokok mempunyai pengaruh yang signifikan secara terhadap variabel terikatnya yaitu Keputusan Pembelian
Ha : Variabel-variabel bebas yaitu lebel peringatan merokok tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara terhadap variabel terikatnya yaitu Keputusan Pembelian
a. Apabila probabilitas signifikansi > 0.05, maka Ho gagal ditolak dan Ha ditolak. Artinya variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terkait.
b. Apabila probabilitas signifikansi < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terkait.
3.9.2 Uji parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variable X dan Y, apakah variabel lebel peringatan merokok benar-benar berpengaruh terhadap variabel Keputusan Pembelian (Y). Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
Ho : Variabel lebel peringatan merokok mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Keputusan Pembelian).
Ha : Variabel lebel peringatan merokok tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Keputusan Pembelian).
a. Apabila angka probabilitas signifikani > 0.05, maka Ho gagal ditolak dan Ha ditolak.
b. Apabila angka probabilitas signifikansi < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Alex S. Nitisemito,2002. Marketing, Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.
Assauri, Sofjan. 2008. Manajemen produksi dan operasi, Jakarta: Lembaga Penerbit. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Budiyanto, 2004, Marketing dan prilaku konsumen, cv.mandor maju, Bandung
Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston, 2008, “Fundamental of Financial Management”, 8th edition, Diterjemahkan Oleh Herman Wibowo, 2001, “Manajemen Keuangan”, Buku Dua, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta.
Engel, James.2005.Perilaku Konsumen, Bina Rupa Akssara, Jakarta.
Edinur, Jurnal Halal. Edisi 29/V/1999, Jakarta.
Fandy Tjiptono, 2007, Strategi Pemasaran. Edisi ke dua, penerbit Andi,. Yogyakarta.
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Kotler, Philip. 2002. Marketing Management, Millenium Edition North Western University New Jersey, Prentice Hall Inc.
Kotler, Philip.2003. Manajemen Pemasaran. edisi kesebelas, Jakarta: Indeks kelompok. Gramedia.
Kotler, Philip. 2007. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Pengendalian, Prentice Hall, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.
Mowen, 2005, Perilaku Konsumen, Pustaka Ilmu. Jakarta
Rismiati, E. Catur; 2005. Pemasaran Barang dan Jasa. Kanisius. Jakarta.
Stanton, William, 2001, Prinsip Pemasaran, Erlangga, Jakarta.
Swastha, Basu, 2004, Azas-azs Marketing, Analisis Perilaku Konsumen, Liberty, Yogyakarta.
Swasta, Basu. 2005, Manajeman penjualan, cetakan kedua belas, Yogyakarta: BFSE.
-
0 Komentar Untuk "Pengaruh Label Peringatan Merokok Terhadap Keputusan Pembelian Rokok di Kota Sigli"
Posting Komentar