IBX5980432E7F390 Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Kecap - Belajar Ilmiah

Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Kecap


BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan pasar yang potensial dan menggairahkan bagi produk-produk untuk solusi pelengkap/kebutuhan sehari-hari. Kita melihat iklannya yang ditayangkan di layar kaca setiap hari, atau yang tercetak di berbagai media massa. Mulai dari kecap dan mie instan yang bermerek ABC, kondisi ini tentu saja terkait dengan kebutuhan penduduk Indonesia sehingga setiap hari penduduk/masyarakat menggunakan kecap untuk memasak karena kecap merupakan bumbu penyedap masakan agar enak dan nikmat. Hal tersebut tentu saja merupakan peluang pasar yang cukup besar bagi perusahaan-perusahaan kecap untuk berkembang di seluruh Indonesia, sehingga muncullah perusahaan-perusahaan kecap dari lokal. Sebagai contoh untuk satu jenis produk kecap ada beberapa pilihan merk misalnya : Bango, Sedap, Indofood, dan lain-lain. Oleh karena banyaknya jumlah perusahaan kecap yang ada di Indonesia maka syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan dengan menciptakan dan mempertahankan pelanggan.
Agar tujuan tersebut tercapai, maka setiap perusahaan tersebut harus berupaya menghasilkan dan menyampaikan produk yang diinginkan konsumen dengan kualitas yang pantas. Dengan demikian setiap perusahaan harus mampu memahami perilaku konsumen khususnya ibu-ibu rumah tangga, karena kelangsungan hidup perusahaan tersebut sebagai organisasi yang berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat bergantung pada perilaku konsumennya. Melalui pemahaman perilaku konsumen, pihak manajemen perusahaan dapat menyusun strategi dan program yang tepat dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada dan mengungguli para pesaingnya serta tidak kalah pentingnya adalah memberikan kepuasan secara lebih baik kepada konsumennya.
Menurut Kotler (2008:28) pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran sebagai subyek pengambilan keputusan merupakan serangkaian tindak terpogram untuk memastikan bahwa semua operasi pemasaran dapat terorganisasi dan sesuai dengan sasaran (G. Chandra dkk, 2004:113). Salah satu pioneer dan merupakan produsen kecap manis terbesar di Indonesia adalah PT. Heinz ABC dengan produk andalannya yaitu kecap manis ABC. PT. Heinz ABC dengan kecap manis merek ABC sebagai salah satu produk unggulannya telah menguasai pasar kecap manis di Indonesia selama bertahun-tahun. Awalnya, kecap ABC di produksi oleh perusahaan sekelas UKM, lalu pada February 1999 saham mayoritas pendiri kecap yang terdiri atas tujuh varian ini dibeli oleh HJ Heinz Co. Tak lama kemudian, nama perusahaan pun berubah menjadi PT Heinz ABC Indonesia. Lewat bendera barunya, kecap ABC mengalami perubahan teknologi informasi, proses pembuatan, dan jaringan pasar internasional. Hasilnya sejak tahun 2001, menurut lembaga riset pasar Euromonitor International, pada tahun 2001 kecap manis ABC menguasai 40 persen penetrasi pasar dari total pasar kecap di Indonesia sebesar 1.6 Trilliun, lalu pada tahun-tahun selanjutnya terus mengalami penurunan yaitu pada 2002 sebesar 38%, 2003 sebesar 36%, 2004 sebesar 34%, dan pada tahun 2005 hanya menguasai 33 persen dari 3 Trilliun pangsa pasar  (Sumber: Frontier Consulting Group, Majalah Marketing 02/X/Februari 2010).   
Tabel 1.1
Volume Penjualan Kecap ABC Tahun 2007-2011
Tahun
Volume Penjualan (Botol)
%
2007
6500
20 %
2008
5000
16 %
2009
6000
19 %
2010
7000
22 %
2011
7500
23 %
Total
32000
100 %

Sumber :  PT Heinz ABC Indonesia Cabang palembang
Dengan melihat harga, kualitas maupun desain produknya. Oleh karena itu agar produk yang ditawarkan mampu memenuhi harapan pelanggan dan mempunyai nilai yang lebih dibandingkan para pesaingnya, maka produsen perlu memperhatikan atribut produknya yang merupakan unsur-unsur yang dipandang penting oleh konsumen untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merk, kemasan, label, layanan pelengkap, jaminan (garansi) Fandy Tjiptono (2001 : 113).
 
Dari fenomena diatas mengindikasikan bahwa minat beli konsumen kecap ABC mengalami penurunan, hal ini kemungkinan disebabkan karena keunggulan produk yang disampaikan dalam iklan tidak sesuai dengan kondisi produk yang sebenarnya, sehingga bagi konsumen yang sering mengalami hal seperti ini akan meragukan kebenaran isi pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut, selain itu kurangnya upaya perusahaan untuk mengenalkan merek produk ke pasar dengan berbagai inovasi, misalnya dalam bentuk kemasan, dan rasa yang berbeda, dengan begitu konsumen akan mempunyai alternatif pilihan dalam membeli kecap. Sehingga akan mendapatkan respon dari konsumen secara luas dan memiliki market share tersendiri, bahkan konsumen menjadi sangat mengenal dengan merek tersebut, sehingga timbul minat untuk membeli. Dari kondisi di atas produsen harus semakin jeli melihat kebutuhan konsumen dan dapat menangkap peluang pasar. Bagi perusahaan strategi pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai keberhasilan usahanya, dimana perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan karena dengan pelanggan yang puas dapat menciptakan loyalitas terhadap perusahaan dan mereka memberitahu orang lain tentang pengalaman yang baik, yang pada akhirnya perusahaan dapat tumbuh dan berkembang.
Dalam lingkungan persaingan produk yang semakin ketat dengan masuknya produk-produk inovatif kepasaran yang mana terdapat kondisi pasar yang jenuh untuk produk-produk, di sisi lain usaha untuk mengelola loyalitas konsumen menjadi tantangan yang tidak mudah, konsumen memiliki beraneka ragam kebutuhan dan keinginan yang dapat dipenuhi dengan mengonsumsi produk tertentu. Tetapi keterbatasan daya beli dan kesediaan untuk membeli membuat tidak semua kebutuhan dan keinginan bisa direalisasikan. Oleh sebab itu, konsumen biasanya membuat skala prioritas dan berusaha mencari dan membeli produk yang dinilai paling sesuai dan memuaskan. Meningkatnya pembelian konsumen akan mampu meningkatkan daya saing perusahaan tersebut terhadap perusahaan pesaing. Jika organisasi ingin mencapai tujuannya maka salah satu caranya adalah pemasar membedakan produknya dengan pesaing dengan menyediakan atribut produk yang unik oleh karena itu penting bagi pemasar untuk mengetahui sejauh manakah atribut produknya mampu menarik konsumen untuk membelinya.
Suatu produk yang ditawarkan ke konsumen oleh perusahaan akan bertahan di pasaran jika atribut dari produk tersebut diterima, atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diharapkan oleh pembeli, manfaat dari sebuah produk ini dikomunikasikan oleh atribut produk  yang meliputi dari merek, kemasan, label, layanan pelengkap, jaminan (garansi), atribut produk diberikan kepada konsumen bertujuan untuk menarik pembeli dan jika atribut ini diterima maka konsumen diharapkan akan merasa puas terhadap produk tersebut yang akhirnya menghantarkan konsumen menjadi loyal terhadap produk tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler (2008) yang menyatakan bahwa  atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diterapkan oleh pembeli.
Keputusan pembelian merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan untuk menetapkan kebutuhan akan barang dan jasa yang perlu dibeli serta mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih diantara alternatif merek. Konsumen cenderung membeli produk yang disukainya dari segi merek yang paling disukainya. Dan tugas dari produsen adalah memenuhi keinginan konsumen guna menarik konsumen untuk membeli produk mereka untuk mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengambil judul ”Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Kecap ABC  (Studi Kasus Ibu Rumah Tangga  Di Kecamatan Sukarame Palembang)

1.2. Perumusan Masalah
 Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.    Apakah atribut produk yang meliputi merek, label, kemasan dan layanan  pelengkap berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian?
b.      Apakah atribut produk yang meliputi merek, label, kemasan dan layanan pelengkap berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian?


1.3. Tujuan Penelitian
      Tujuan dari penelitian  ini adalah :
a.  Untuk mengetahui pengaruh secara simultan  atribut produk yang meliputi merek, label, kemasan dan layanan pelengkap berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian.
b.  Untuk mengetahui secara parsial pengaruh atribut produk yang meliputi merek, label, kemasan dan layanan pelengkap berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian.

1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu  mendapatkan gambaran tentang mengenai faktor-faktor yang diidentifikasi mempengaruhi loyalitas pelanggan beserta hubungan antar variable-variabel dalam penelitian ini sehingga dapat mengambil keputusan dan menerapkan kebijakan yang tepat dalam rangka meningkatkan loyalitas pelanggan.
2.   Manfaat Teoritis
Sebagai salah satu bahan informasi atau bahan kajian dalam menambah pengetahuan dalam bidang manajemen pemasaran khususnya mengenai pengaruh atribut produk terhadap loyalitas pelanggan dalam suatu perusahaan.

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab yang secara umum dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I             PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,serta sistematika penulisan.
                        BAB II           TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang  teori-teori serta pendapat para ahli yang merupakan dasar dalam melakukan penilaian atas permasalahan yang dibahas yaitu: konsep pemasaran, pengertian produk, pengertian atribut produk.
BAB III          METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang rancangan penelitian, data yang digunakan, teknik pengumpulan data serta metode analisis.
BAB IV          HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
                       
Bab ini berisikan uraian mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah dilakukan.
BAB V           KESIMPULAN DAN SARAN
                        Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran yang penulis berikan kepada pihak perusahaan.


 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Landasan Teori
2.1.1 Konsep Pemasaran dan Orientasi Pada Konsumen
Perusahaan yang sudah mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses utamanya, akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang baru yang terlibat didalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut konsep pemasaran. Sebagai falsafah bisnis, konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen, atau berorientasi pada konsumen.
Swastha (2007 :113) menyatakan bahwa tiga unsur pokok konsep pemasaran adalah :
1.   Orientasi pada konsumen
Perusahaan yang benar-benar ingin memperhatikan konsumen harus :
a.    Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.
b.   Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan. Karena perusahaan tak mungkin dapat memenuhi segala kebutuhan pokok konsumen, maka perusahaan harus memilih kelompok pembeli tertentu bahkan kebutuhan tertentu dari kelompok pembeli tersebut.
c.    Menentukan produk dan program pemasarannya. Untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda dari kelompok pembeli yang dipilih sebagai sasaran, perusahaan dapat menghasilkan barang-barang dengan tipe model yang berbeda-beda dan dipasarkan dengan program pemasaran yang berlainan.
d.   Mengadakan penelitian pada konsumen. Untuk mngukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sikap, serta perilaku mereka.
e.    Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik. Apakah menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah, atau model yang menarik.
2.   Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral
Pengintegrasian kegiatan pemasaran berarti bahwa setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu usaha yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat direalisir. Selain itu harus terdapat juga penyesuaian dan koordinasi antara produk, harga, saluran distribusi dan promosi untuk menciptakan hubungan pertukaran yang kuat dengan konsumen. Artinya harga jual harus sesuai dengan kualitas produk, promosi harus disesuaikan dengan saluran distribusi, harga dan kualitas produk dan sebagainya. Usaha-usaha ini perlu dikoordinasikan dengan waktu dan tempat.
3.   Kepuasan konsumen
Faktor yang akan menentukan apakah perusahaan dalam jangka panjang akan mendapatkan laba, ialah banyak sedikitnya kepuasan konsumen yang dapat dipenuhi. Ini tidaklah berarti bahwa perusahaan harus berusaha memaksimalkan kepuasan konsumen tetapi perusahaan harus mendapatkan laba dengan cara memberikan kepuasan kepada konsumen. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan masyarakat dan teknologi telah menyebabkan perkembangan konsep pemasaran. Sekarang perusahaan dituntut untuk dapat menanggapi cara-cara atau kebiasaan masyarakat. Dengan demikian maka perusahaan dapat memberikan kemakmuran kepada konsumen dan masyarakat untuk jangka panjang.

2.1.2  Pengertian Produk
Kotler (2008: 231) mendefenisikan bahwa produk adalah suatu sifat yang kompleks dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestasi perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembelian untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Batasan produk adalah suatu yang dianggap memuaskan kebutuhan dan keinginan. Produk dapat berupa suatu benda ( object ), rasa ( service ), kegiatan  ( acting ), orang  ( person ), tempat ( place ), organisasi dan gagasan dimana suatu produk akan mempunyai nilai lebih dimata konsumen, jika memiliki keunggulan dibanding dengan produk lain yang sejenis.
Definisi lain tentang produk menurut Swasta dan Sukotjo (2008:18) menyatakan bahwa suatu sifat yang kompleks, baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan. Dari definisi tentang produk diatas pada dasarnya semua pendapat memberi suatu makna yaitu produk adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia, baik yang dapat diraba atau nyata maupun tidak dapat diraba atau jasa atau layanan.
Nurudin (2007:192) mutu adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat bagi konsumen, oleh karena itu mutu atau kualitas produk sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan atau produsen dalam rangka memenuhi satisfaction customer. Menurut Assauri (2008:113) semua pembahasan, pengertian dan lingkup yang terkandung dari suatu produk di mulai dengan konsep produk tersebut. Dalam konsep produk perlu dipahami tentang wujud dari itu sendiri. Wujud produk adalah ciri-ciri atau sifat-sifat produk yang dilihat oleh konsumen dan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Penekanan wujud fisik produk adalah termasuk fungsi dari produk tersebut disamping desain, warna, ukuran dan pengepakannya. Dari wujud produk fisik inilah konsumen atau pembeli dapat membedakan antara satu produk dengan produk yang lainnya.

2.1.3 Atribut Produk
Kotler (2008: 152) menyatakan bahwa  atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diterapkan oleh pembeli. Definisi produk menurut Stanton  (2007:119) sekumpulan atribut yang nyata dan tidak nyata didalamnya sudah tercakup warna, kemasan, prestise pengecer dan pelayanan dari pabrik, serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai suatu yang bisa memuaskan keinginannya.
Fandy Tjiptono (2008:213) atribut produk meliputi:
1.  Merek, merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau lambang, desain, warna, gerak atau kombinasi atribut produk lain yang diharapkan dapat memberikan identitas dan differensiasi terhadap produk lainnya.
2. Kemasan, merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah (container) atau pembungkus (wrapper) untuk suatu produk.
3. Pemberian label (labeling) merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjualan, sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan atau bisa merupakan etiket ( tanda pengenal) yang dicantumkan dalam produk.
4.  Layanan Pelengkap ( suplementari service ) dapat diklasifikasikan:   informasi,  konsultasi, ordering, hospiteli, caretaking, billing, pembayaran.
5.  Jaminan (garansi) yaitu janji yang merupakan kewajiban produsen atas produk pada konsumen, dimana para konsumen akan diberi ganti rugi bila produk ternyata tidak berfungsi sebagaimana yang dijanjikan.
Dengan adanya atribut yang melekat pada suatu produk yang digunakan konsumen untuk menilai dan mengukur kesesuaian karakteristik produk dengan kebutuhan dan keinginan. Bagi perusahaan dengan mengetahui atribut-atribut apa saja yang bisa mempengaruhi keputusan pembelian maka dapat ditentukan strategi untuk mengembangkan dan menyempurnakan produk agar lebih memuaskan konsumen.
Menurut Kotler dan Amstong (2008:99) mengelompokan atribut produk kepada tiga unsur penting, yaitu kualitas produk (product quality), fitur produk (product features), dan desain produk (Product design)
1. Kualitas produk (Produk quality)
    Kualitas produk menurut kotler dan amstrong (2008 : 112) “The Ability of a product to perform its funtions” yang berarti kemampuan suatu produk dalam memberikan kinerja sesuai dengan fungsinya. Kualitas yang sangat baik akan membangun kepercayaan konsumen sehingga merupakan penunjang kepuasan konsumen.
2.  Fitur Produk (Product features)
Fitur produk merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk satu dengan produk-produk pesaing seperti yang dikemukakan oleh kotler dan amstrong (2008:187) bahwa feature are competitive tool for diferentiating the company’s product from competitor’s product, yang artinya fitur adalah alat untuk bersaing yang membedakan produk suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Fitur produk identik dengan sifat dan sesuatu yang unik, khas dan istimewa yang tidak dimiliki oleh produk lainnya. Biasanya karakteristik yang melekat dalam suatu produk merupakan hasil pengembangan dan penyempurnaan secara terus menerus
3. Desain produk (product design)
  Desain memIliki konsep yang lebih luas daripada gaya (style), desain selain  mempertimbangkan faktor penampilan, juga untuk bertujuan memperbaiki kinerja produk, mengurangi biaya produksi, dan menambah keunggulan bersaing. Menurut kotler (2008:119) mengartikan desain atau rancangan adalah totalitas keistimewaan yang mempengaruhi penampilan fungsi produk dari segi kebutuhan pelanggan.

2.1.4 Pengertian perilaku konsumen
Semakin majunya perekonomian dan teknologi, berkembang pula strategi yang harus dijalankan perusahaan, khususnya dibidang pemasaran. Untuk itu perusahaan perlu memahami atau mempelajari perilaku konsumen dalam hubungannya dengan pembelian yang dilakukan oleh konsumen tersebut. Dalam menentukan jenis produk atau jasa, konsumen selalu mempertimbangkan tentang produk atau jasa apa yang dibutuhkan, hal ini dikenal dengan perilaku konsumen. Perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut (Engel dkk, 2005: 123 ).
Kotler dan Amstrong (2008 : 98) mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga yang membeli produk untuk konsumsi personal. Perilaku konsumen (consumer behavior) adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa tersebut didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut ( Handoko, 2007 :143).
            Menurut Swastha  (2008: 8) perilaku konsumen adalah kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan kegiatan.
            Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan atau keputusan konsumen sebagai individu atau kelompok untuk menentukan pilihannya atas penggunaan atau pembelian. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam memilih, membeli dan memakai barang dan jasa-jasa, semata-mata untuk memuaskan kebutuhannya.

2.1.5   Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Membeli
    Setiap masyarakat selalu mengembangkan suatu sistem dalam memproduksi dan menyalurkan barang dan jasa. Dalam masyarakat industri yang sudah maju, sistem ini sangat kompleks dan barang-barang yang tersedia beraneka ragam. Untuk memahami perilaku masyarakat dalam pembelian barang tersebut dibutuhkan studi tersendiri. Perusahaan pun berkepentingan dengan hampir setiap kegiatan manusia. 
Handoko, (2008:44) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa, termasuk didalamnya dalam proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
 Perilaku kosumen menyangkut masalah keputusan yang diambil seseorang dalam persaingannya dan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa. Menurut Schifman dan Kanuk (2006:86), perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya. Menurut Setiadi, (2007:67), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
1.      Faktor Budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku. Peran budaya,  sub-budaya dan kelas sosial pembeli sangatlah penting.
a.   Budaya
      Budaya adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar.
b.   Sub-Budaya
      Sub-budaya terdiri dari bangsa, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
c.   Kelas Sosial
      Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata sosial. Strata tersebut kadang-kadang berbentuk sistem kasta dimana anggota kasta yang berbeda dibesarkan dengan peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan kasta mereka. Kelas sosial menunjukan preferensi produk dan merek yang berbeda dalam banyak hal. Beberapa pemasar memusatkan usaha mereka pada satu kelas sosial.
2.      Faktor Sosial
Sebagai tambahan atas faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status.
a.   Kelompok Acuan
      Kelompok Acuan adalah seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok acuan pelanggan mereka. Namun, tingkat pengaruh kelompok acuan terhadap produk dan merek adalah berbeda-beda. Kelompok acuan mempunyai pengaruh kuat atas pilihan produk dan pilihan merek.
b.   Keluarga
      Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan ia telah menjadi obyek penelitian yang ekstensif. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.
c.   Peran dan Status
      Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Setiap peran memiliki status, orang-orang memilih produk yang mengkonsumsikan peran dan status mereka dalam masyarakat.
3.      Faktor Pribadi
      Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut adalah usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
a.   Usia dan tahap siklus hidup
      Orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga. Pemasar sering memilih kelompok berdasarkan siklus hidup sebagai pasar sasaran mereka. Namun perlu ditambahkan bahwa rumah tangga yang menjadi sasaran tidak selalu berdasarkan konsep keluarga.
b.   Pekerjaan
      Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat di atas rata-rata atas produk dan jasa mereka.
c.   Keadaan Ekonomi
      Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan yang dapat dibelanjakan (tingkat, kestabilan, pola waktu), tabungan dan aktiva (persentase yang lancar atau likuid), hutang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap atas belanja atau menabung. Pemasar barang-barang yang peka terhadap harga terus menerus memperhatikan trend penghasilan pribadi, tabungan dan tingkat bunga. Pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, melakukan penempatan ulang, dan menetapkan kembali harga produk mereka sehingga mereka dapat terus menawarkan nilai pada pelanggan sasaran.
d.   Gaya hidup
      Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Pemasar mencari hubungan antara produk mereka dan gaya hidup kelompok. Dengan demikian pemasar dapat dengan lebih jelas mengarahkan merek pada gaya hidup achiever. Copywriter iklan kemudian dapat menggunakan  kata-kata dan simbol yang menarik bagi achiever.  
e.   Kepribadian dan konsep diri
      Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, ketaatan, kemampuan bersosialisasi, daya tahan dan kemampuan beradaptasi. Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen, asalkan jenis kepribadian tersebut dapat diklasifikasikan dengan akurat dan asalkan terdapat korelasi yang kuat antara jenis kepribadian tertentu dengan pilihan produk atau merek.
4.      Faktor Psikologis
      Pilihan barang yang dibeli oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologis   
      yang utama, yaitu :
a. Motivasi
Menurut J. Moskowits dan Setiadi, (2003:94) motivasi didefinisikan sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku dan pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku. Motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Suatu kebutuhan dapat diartikan sebagai suatu keadaan internal yang menyebabkan hasil-hasil tertentu tampak menarik. Suatu kebutuhan yang tak terpuaskan menciptakan tegangan yang merangsang dorongan-dorongan yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Dorongan ini apabila dicapai akan memenuhi kebutuhan itu dan mendorong ke arah pengurangan tegangan. Perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan atau pengenalan kebutuhan. Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokan yang memadai antara keadaan aktual dengan keadaan yang diinginkan. Konsumen selalu dihadapkan pada persoalan biaya atau pengorbanan yang akan dikeluarkan dan seberapa penting produk yang dibutuhkan dan diinginkan. Oleh karena itu konsumen akan dihadapkan pada persoalan motivasi atau pendorong.
b. Persepsi
Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seseorang individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterprestasikan masukan-masukan informasi- informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif Persepsi yang akan dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya.
c. Pembelajaran
Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Ahli teori pembelajaran yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan dan penguatan. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil dari belajar. Dalam mengkonsumsi produk konsumen akan mempertimbangkan manfaat yang bisa diperolehnya. Oleh karena itu, kualitas produk sangat menentukan apakah konsumen akan memberikan respon positif atau negatif. Respon positif akan terjadi ketika konsumen merasa puas, akibatnya probabilitas konsumen melakukan pembelian ulang semakin tinggi. Sementara itu konsumen akan memberikan respon negatif jika respon atas tindakannya itu tidak memuaskan.
d. Keyakinan dan Sikap
Keyakinan dan sikap mendorong orang untuk berperilaku secara konsisten terhadap objek yang sejenis. Orang tidak harus mengintepretasi dan bereaksi terhadap setiap objek dengan cara yang baru. Oleh sebab itu, sikap sangat sulit untuk berubah. Sikap seseorang membentuk pola yang konsisten, dan untuk mengubah sikap mungkin membutuhkan penyesuaian besar terhadap sikap yang lain. Melalui tindakan dan proses belajar, seseorang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap yang mempengaruhi perilaku membeli. Keyakinan adalah suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Keyakinan didasarkan pada pengetahuan pendapat atau keyakinan yang keseluruhannya mungkin mengandung faktor emosional. Sikap merupakan evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau  gagasan. Sikap menuntun orang untuk berperilaku secara relatif konsisten terhadap objek yang sama.

2.1.6 Keputusan Membeli
 Pembelian yang dilakukan oleh para konsumen atau pembeli dipengaruhi pula oleh kebiasaan pembelian. Dalam kebiasaan pembelian tercakup kapan waktunya pembelian dilakukan, dalam jumlah berapa pembelian tersebut dilakukan dan dimana pembelian tersebut dilakukan. Masyarakat yang berpendapatan tinggi umumnya membeli barang kebutuhannya dalam jumlah yang besar, tetapi hanya beberapa kali dalam satu periode dan sebaliknya bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil tentu saja hanya dapat membeli dalam jumlah kecil. Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh perilaku konsumen. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Engel, dkk,  (2004:45).
Keputusan pembeli membeli atau memilih produk tertentu tidak datang begitu saja. Keputusan membeli mengenal suatu produk tertentu yang terdiri dari lima tahap. Kalau pengusaha ingin berhasil menjual produknya, mereka harus ikut aktif mempengaruhi pembeli tentang keunggulan, manfaat dan harga produk mereka dalam setiap tahap proses pengambilan keputusan. Upaya mempengaruhi calon pembeli lebih diperlukan dalam kasus pemasaran barang atau jasa yang eksklusif, yaitu produk yang sangat tinggi harga per satuannya. Upaya mempengaruhi keputusan pembeli pada tahap-tahap pengambilan keputusan juga diperlukan dalam kasus pembelian barang modal (capital goods) dan teknologi (technological/management assistances). Pembeli membutuhkan banyak tenaga dan waktu untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang produk yang ingin dibeli. Untuk mendanai pembelian produk eksklusif seringkali diperlukan lebih dari satu sumber pendanaan, termasuk modal sendiri, financial leasing dan kredit dari bank. Dengan demikian proses keputusan membeli menjadi lebih kompleks. Bilamana diperlukan (terutama dalam transaksi pem­belian barang modal) produsen diharapkan bersedia membantu pembeli mencarikan sumber dana ekstern untuk mendanai produk yang akan dibeli.
Adapun kelima tahap proses pengambilan keputusan membeli adalah sebagai berikut  :
1.   Pengenalan Kebutuhan (Need Recognition)
Menurut Peter dan Donnelly (2004 : 123), menyatakan pengenalan kebutuhan akan produk merupakan titik berat proses pengambilan keputusan membeli. Pengenalan kebutuhan akan produk tertentu dapat dipacu oleh berbagai macam faktor intern dan ekstern. Contoh faktor intern yang memacu kebutuhan konsumen akhir adalah rasa lapar, rasa haus, rasa sakit dan sebagainya. Karena merasa lapar konsumen membutuhkan makanan. Karena merasa sakit mereka membutuhkan jasa rumah sakit dan obat­-obatan. Menurut Maslow (2007 : 113) membagi kebutuhan menjadi beberapa macam, yaitu :
  1. Kebutuhan Fisiologis
  2. Proteksi dari sesuatu yang ditakuti
  3. Penghargaan
  4. Pengembangan diri
2.  Pengumpulan Informasi tentang Produk (Alternative Search For Information)
     Menurut Kliensteuber (2007:165) pembeli minimum mempunyai empat sumber  
     informasi tentang produk yang mereka beli. Keempat sumber informasi tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Sumber Informasi Intern (pengalaman pribadi)
b.      Sumber Informasi Kelompok (keluarga, kerabat, tetangga)
c.       Sumber Informasi Komersial (kantor perwakilan, sales eksekutif)
d.      Sumber Informasi Publik (iklan, brosur, leaflet)
3. Analisis berbagai macam informasi yang berhasil dikumpulkan (Alternative  evaluation of information).
     Pembeli mempergunakan hasil analisis berbagai macam informasi tentang produk yang mereka kumpulkan sebagai salah satu bahan pertimbangan menjatuhkan pilihan. Analisis informasi itu sendiri dilakukan melalui prosedur tertentu. Langkah pertama analisis adalah membandingkan informasi tentang keunggulan atribut atau manfaat tiap jenis produk, dibandingkan dengan atribut produk-produk saingannya. Langkah kedua analisis informasi adalah menyusun daftar pilihan.
4.   Keputusan Membeli (Purchase decision)
Apabila dari hasil analisis informasi sudah meyakinkan, maka konsumen dapat memutuskan membeli atau tidak suatu produk tersebut.
5.   Evaluasi Pasca Pembelian (Past Purchase Evaluation)
Evaluasi ini penting bagi pembeli, karena dengan evaluasi setelah membeli, nantinya pembeli akan memutuskan membeli atau tidak dikemudian hari.
Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat simpulkan bahwa keputusan konsumen untuk membeli suatu produk dipengaruhi oleh kebutuhan, informasi tentang produk, analisis produk sejenis dan harga. Dalam keputusan pembelian ada pengaruh faktor-faktor tertentu baik itu bersifat intern maupun ekstern. Faktor ekstern dapat berupa kelas sosial, kelompok sosial, kelompok referensi dan keluarga. Faktor intern dapat berupa faktor individu yang dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, pandangan terhadap produk, gaya hidup dan lain-lain. Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhannya. Assauri (2007:125)) menyatakan bahwa respon konsumen berkaitan dengan pembelian produk dipengaruhi oleh selera atau preferensi individu (taste and preferences) dan pengaruh faktor situasional (situational factors). Selera dan preferensi individu bergantung pada karakteristik individu dan  sosial, sedangkan pengaruh faktor situasional bergantung pada efek kejadian (event), pengaruh latar belakang budaya dan pengaruh program pemasaran.
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian. Pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian.
1.      Kepuasan Pasca Pembelian
 Apa yang menentukan apakah pembeli akan sangat puas, agak puas, atau tidak puas terhadap suatu pembelian? Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, pelanggan akan kecewa, jika ternyata sesuai harapan, pelanggan akan puas, jika melebihi harapan pembeli akan sangat puas. Perasaan-perasaan itu akan membedakan apakah pembeli akan membeli kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk tersebut dengan orang lain.
2.      Tindakan Pasca Pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Para pelanggan yang tidak puas bereaksi sebaliknya.. Mereka mungkin membuang atau mengembalikan produk tersebut.
3.      Pemakaian dan Pembuangan Pasca pembelian.
Pemasar juga harus memantau bagaimana pembeli memakai dan membuang produk.

2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Endang Sri (2003)  dengan judul Pengaruh Atribut Produk Shampo Sunsilk Terhadap Keputusan Konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh atribut produk shampo Sunsilk yang meliputi merek, kemasan, label, dan layanan pelengkap terhadap keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang. Hipotesis dalam penelitian ini mengemukakan bahwa ada pengaruh variabel atribut produk yang meliputi merek, kemasan, label dan layanan pelengkap terhadap keputusan pembelian mahasiswa fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang, dan variabel yang berpengaruh dominan adalah variabel merek. Dari hasil perhitungan analisis logistik diperoleh nilai koefisien goodness of fit sebesar 81,25%, yang berarti probabilitas persamaan regresi untuk memprediksi suatu kejadian bahwa konsumen akan mempertimbangkan atribut produk dalam melakukan pembelian shampo Sunsilk sebesar 81,25%, sementara sisanya yaitu sebesar 18,75% diterangkan oleh kondisi lain. Untuk melihat variabel atribut produk yang dominan mempengaruhi keputusan pembelian, dapat dilihat dari nilai koefisien asosiasi parsial (R) yang terbesar, dimana R untuk variabel merek sebesar 0,2206, kemasan sebesar 0,1552, label sebesar 0,1436 dan layanan pelengkap sebesar 0,1801. Dapat disimpulkan bahwa variabel merek yang dominan mempengaruhi keputusan pembelian, karena memiliki nilai koefisien terbesar yaitu 0,2206. Berdasarkan hasil perhitungan, pengujian dan pembahasan mengenai pengaruh atribut produk terhadap keputusan pembelian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara variabel atribut produk (merek, kemasan, label dan layanan pelengkap) terhadap keputusan pembelian shampo Sunsilk pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang.
Dian Savitri (2010) dengan judul Pengaruh Atribut Terhadap Minat Beli Konsumen Kecap Sedap Di Surabaya. Penelitian ini menggunakan sampel peminat dan pengguna kecap sedap yang ada didaerah bratang gede dan bratang perintis, Surabaya. Responden yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin, usia dan jenis pekerjaan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling (SEM). Teknik SEM digunakan karena teknik ini memungkinkan pengujian rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Atribut produk berpengaruh terhadap minat beli konsumen, hal ini menunjukkan bahwa atribut produk mempunyai pengaruh untuk menimbulkan minat beli yang berarti konsumen akan mencari seluruh informasi mengenai kecap sedap, kemudian mengevaluasi, jika konsumen merasa produk tersebut dapat memberikan kepuasan dalam memenuhi kebutuhannya maka akan timbul keinginan untuk membeli.

2.3. Kerangka Pemikiran
Disini ada gambar 
 
2.4. Hipotesis
Diduga terdapat pengaruh atribut produk terhadap keputusan pembelian kecap ABC



 
 
BAB III 
METODOLOGI PENELLITIAN

3.1. Ruang lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian hanya membahas pengaruh atribut produk terhadap keputusan pembelian kecap ABC.

3.2.  Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan rancangan sebab akibat  atau kausal yang terdiri dari  4 variabel yaitu variabel independen (X) yang diukur melalui tingkat atribut produk yang meliputi merek, label, kemasan dan layanan pelengkap  serta variabel dependen (Y) adalah variabel yang diukur melalui keputusan pembelian.

3.3. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Guna memperoleh data yang akurat digunakan alat pengumpul data yang tepat agar memperoleh kesimpulan yang tidak menyesatkan. Data primer diperoleh dari pendapat responden mengenai kecap ABC dan data sekunder seperti laporan penjualan kecap ABC di minimarket yang ada di daerah Sukarame.

3.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan dua metode pengumpulan data, yaitu:
1.   Metode Kuesioner (Angket)
Merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui Arikunto  (2002:165)). Angket yang digunakan adalah tipe pilihan untuk memudahkan bagi responden dalam memberikan jawaban, karena alternatif jawaban sudah disediakan dan hanya membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk menjawabnya.
Alasan mengapa peneliti menggunakan metode angket di dalam penelitian  
ini antara lain:
a. Responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, sehingga dapat diperoleh data yang lengkap dan benar.
b. Responden memiliki kemampuan untuk menyatukan keinginan yang diinginkan dalama angket.
c.   Hemat waktu, tenaga dan biaya.
2   Metode Wawancara
Metode ini digunakan untuk melengkapi data yang belum terungkap dalam angket, mengenai gambaran konsumen dalam melakukan proses belanja, dengan menggunakan pedoman sejumlah pertanyaan untuk memperoleh data yang menunjang penelitian tersebut.

3.5. Populasi dan Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi ( jumlahnya lebih sedikit dari pada jumlah populasinya ). Sugiono (2005:113), metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan teknik purposive sampling. Teknik purposive ini merupakan cara pengambilan sampel dengan penetapan kriteria-kriteria tertentu terhadap populasi berdasarkan keinginan dan tujuan penelitian itu sendiri. Target sampel yang diinginkan adalah populasi dengan kriteria sebagai berikut:
1. Populasi dengan usia 20 - 50 tahun. Usia ini dipandang bisa memahami dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam angket.
2. Ibu rumah tangga
3. Mengenal dan memiliki pengetahuan tentang produk kecap ABC
  Karena besarnya populasi tidak diketahui dengan pasti, maka penetapan jumlah sampel dalam penelitian ini didasarkan pada jumlah sampel dalam analisa faktor adalah minimal empat kali atau lima kali jumlah item pertanyaan.
 Penentuan jumlah minimal sampel dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut Ferdinand( 2006) :
n = {5 × jumlah indikator yang digunakan}
   = 5 × 20 indikator
   = 100 sampel
Dari hasil perhitungan rumus di atas dapat diperoleh jumlah sampel yang akan diteliti adalah sebesar 100 responden.
3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
a.       Merek (X1) adalah nama, istilah, simbol, rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari seseorang atau kelompok penjual, dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Merek adalah nama atau simbol yang bersifat membedakan suatu barang atau jasa dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh kompetitor, serta melindungi konsumen maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan produk-produk yang tampak identik. Merek bukan sekedar nama atau simbol. Merek mengandung berbagai dimensi interpretatif, baik bagi perusahaan ataupun para pemakai barang atau jasa.
b.      Label  (X2) merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjualan, sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan atau bisa merupakan etiket (tanda pengenal) yang dicantumkan dalam produk.
c.       Kemasan (X3) adalah pembungkus luar produk yang berfungsi untuk melindungi produk dan memudahkan konsumen dalam memakainya.
  1. Layanan Pelengkap (X4) adalah informasi tentang pembuatan/konstruksi, kinerja produk dan cara penggunaan produk.
e.       Keputusan Pembelian (Y) adalah keputusan yang diambil oleh pembeli yang merupakan kesimpulan dari sejumlah keputusan tentang jenis produk, bentuk produk, jumlah produk dan sebagainya.

  3.7.    Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian untuk mendapatkan data dengan cara sebagai berikut: Kuesioner, untuk mendapatkan data kuantitatif tentang variabel-variabel kompetensi yaitu: untuk memperoleh gambaran deskriptif mengenai responden berkaitan dengan variabel penelitian yang digunakan maka digunakan angka indeks jawaban responden. Teknis yang digunakan adalah dengan menggunakan angka indeks. Angka indeks ini digunakan untuk mengetahui persepsi umum responden mengenai sebuah variabel yang diteliti. Seluruh variabel independen akan menggunakan skala Likert 1- 6 dengan penilaian Skala Likert merupakan skala yang dipakai untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang/sekelompok orang tentang fenomena sosial Sugiyono (2001).
 Indikator-indikator di atas diukur dengan skala penilaian Likert yang memiliki empat tingkat preferensi jawaban yang masing-masing mempunyai skor 1- 6 dengan rincian sebagai berikut: Indikator-indikator di atas diukur dengan skala penilaian Likert yang memiliki enam tingkat preferensi jawaban yang masing-masing mempunyai skor 1-6 dengan rincian sebagai berikut:
1 = sangat tidak setuju
2 = tidak setuju
3 = kurang setuju
4 = cukup setuju
5= setuju
6 = sangat setuju
1. Pengujian Validitas
Pengujian validitas digunakan untuk menguji sejauh mana alat pengukur dapat mengungkapkan ketepatan gejala yang dapat diukur. Alat ukur yang digunakan dalam pengujian validitas adalah daftar pertanyaan yang telah diisi oleh responden dan akan diuji hasilnya guna menunjukkan valid tidaknya suatu data. Bila valid,  ketetapan pengukuran data tersebut akan semakin tepat alat ukur tersebut. Kuesioner dikatakan valid apabila r hitung (Corrected Item Total Corelation) > r tabel dan kuesioner dikatakan tidak valid apabila r hitung < r tabel

2. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas adalah  indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur reliabilitas ini adalah dengan rumus koefisien alpha. Kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai alpha cronbach lebih besar dari 0,6 dimana pada pengujian reliabilitas ini menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 17.

3.8. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode  analisis yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kuantitatif digunakan metode regresi linear berganda  Analisis data dilakukan dengan menggunakan alat bantu SPSS 17 For Window  dengan rumus :
                              Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3  + b4X4  + e
    Dimana:
Y                    =  Keputusan pembelian
a                =  Konstanta
b1               =  Koefisien regresi
X1                  =   Merek
X2                  =  Label
X3                  =  Kemasan
X4                  =  Layanan Pelengkap
e1               = Error term

Selain itu, melalui regresi berganda akan diketahui juga variabel manakah diantara variabel atribut produk (X) dimaksud yang paling berpengaruh terhadap keputusan Pembelian (Y). Analisis regresi berganda dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonieritas
Bertujuan untuk menguji model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortoganal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antara sesama variabel bebas sama dengan nol. Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel bebas. Langkah menganalisis asumsi multikolinieritas yaitu jika nilai VIF lebih kecil dari angka 10 maka tidak terjadi problem multikolinieritas. Dan jika nilai VIF lebih dari angka 10 maka terjadi problem multikolinieritas.
a.    Uji Heteroskedastisitas
Bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas atau yang terjadi Heteroskedastisitas. Kebanyakan data cross section mengandung situasi Heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar). Cara menganalisis asumsi heteroskedastisitas dengan melihat grafik scatter plot dimana :
-  Jika penyebaran data pada scatterplot teratur dan membentuk pola tertentu (naik turun, mengelompok menjadi satu) maka dapat disimpulkan terjadi problem heterosdastisitas.
-   Jika penyebaran data pada scatterplot tidak teratur dan tidak membentuk pola tertentu (naik turun, mengelompok menjadi satu) maka dapat disimpulkan tidak    terjadi problem heterosdastisitas.
b.    Uji Normalitas
Bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Caranya adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal. Jika distribusi data adalah normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal. Adapun cara analisis yang dilakukan adalah dengan menggunakan grafik normal plot, dimana :
-  Jika penyebaran data mengikuti garis normal, maka data berdistribusi normal.
- Jika penyebaran data tidak mengikuti garis normal, maka data distribusi tidak normal.
2. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan terhadap hipotesis statistik menggunakan uji t dan uji f.
1) Uji t
Uji t adalah uji yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terdiri meliputi merk, label, kemasan dan layanan pelengkap serta variabel dependen (Y) adalah variabel yang diukur melalui keputusan pembelian.
Menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Ho : Tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
    Ha  :   Adanya pengaruh antara variabel independen terhadap dependen.
b) Taraf uji α = 0,05
2) Uji F
Uji F adalah pengujian secara simultan untuk mengetahui adanya pengaruh antara meliputi merek, label, kemasan  dan layanan pelengkap terhadap keputusan pembelian. Rumusan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a) Ho : Tidak adanya pengaruh antara variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen
     Ha: Ada pengaruh antara variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen.
b) Taraf uji α = 0,05
c) Degree of freedom : dk = k: n-k-1

3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikatnya. Nilai koefisien determinasi yang kecil mengindikasikan kemampuan variabel-variabel independent dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai koefisien determinasi yang mendekati satu berarti kemampuan variabel-variabel independent sangat kuat terhadap variabel dependent dan sebaliknya.


DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A. 2011. Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta: Spektrum Mitra Utama

Engel, James. F, Roger. D. Blackwell dan Miniard, Paul. W. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi Keenam. Jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kertajaya, Hermawan, 2006, Syariah Marketing, PT. Mizan Pustaka, Bandung

Kliensteuber. 2007. Transitional Market : Does it Matter ? Journal of Marketing. 270-279.
Koentjaraningrat, 2003. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta :Gramedia.
Kotler, Philip .2008. ManajemenPemasaran, Jilid I, Edisi 10, PT. Prebalindo, Jakarta.
Kotler & Armstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid I. Jakarta: Erlangga

Maslow, Abraham, 2007, A Theory of Human Motivation, Publ, New York

Gunara Thorik dan Sudibyo Utus Hardiono. 2007. Marketing Muhammad SAW (Strategi Andal dan Jitu Praktik Bisnis Nabi Muhammad SAW). Bandung: Madania Prima. 

Mabruroh. 2003. “Membangun kepuasan konsumen dan akses loyalitas”. Benefit, Vol. 7 No. 2, Desember 2003, hal. 167 – 175.

Mouren, Margaretha. 2004. “Studi mengenai loyalitas pelanggan pada divisi asuransi kumpulan AJP bumi Putra”. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol. iii, No. 3, halaman 289-308.

Musanto. 2004. “Faktor-Faktor Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan. Studi Kasus pada CV. Sarana Media Advertising Surabaya”. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 6, No. 2, September 2004, hal. 123 – 136.

Nuraini. 2009. “Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Desain Produk, Harga Dan Kepercayaan Terhadap Loyalitas Pelanggan”. Skripsi Fakultas Ekonomi Undip.

Nurbiyati, Titik. 1998. “Relationship marketing sebagai suatu strategi untuk meningkatkan keuntungan jangka panjang. Kajian Bisnis, No.14, Mei – September 1998, hal. 131-139.
Prabowo, Nur. 2000. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi usaha menciptakan kepuasan pelanggan (studi empiris pada sidorejo rarm karangawen demak)”. Skripsi Fakultas Ekonomi Undip.

Presetyo, Agus. 2008. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dan pengaruhnya terhadap loyalitas pelanggan (studi kasus pada pt supra raga transport cabang smg)”. Skripsi Fakultas Ekonomi Undip.

Purnomo, Sugeng Dwi. 2008. “Analisis Pengaruh Produk, Harga, Kualitas Pelayanan dan Kebersihan Terhadap Kepuasan Pelanggan Retoran Fatst Food pada Kentucky Fried Chicken (KFC) Citraland Mall Semarang”. Skripsi Fakultas Ekonomi Undip.

Peter dan Donnelly (2004). The Strategic Challengges. International Journal of Servive Industry Management. 38-40.

Puspowarsito, H. A. 2008. Metodologi Penelitian Dengan Aplikasi. Penerbit Humaniora. Bandung

Sapari, Nirwana SK. 2003. Analisis Jalur (Path Analisis) Unit Pelayanan Statistiks Jurusan Statistika FMIPA Bandung. Universitas Padjajaran.

Schiffman, Leon G. dan Lesli Lazar Kanuk, 2000, Consumer Behavior, 7th Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc, Upper Saddle River

Willian J. Staton and Lamanto.(2007). Prinsip Pemasaran. Jilid 1 dan 2. Jakarta. Erlangga.


Berlangganan Untuk Mendapatkan Artikel Terbaru:

2 Komentar Untuk "Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Kecap "

  1. gan,klo mau mendapatkan file yang bab 4 dan V gmn y?mohon pencerahanny....
    buat skripsi sy...

    BalasHapus
  2. gan mau liat bab4 sama 5 nya dimana ya

    BalasHapus