PERSEPSI GURU KELAS TERHADAP PELAKSANAAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENJASKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 xxxxx”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan ditinjau dari segi filosofis adalah proses memanusiakan manusia melalui pembelajaran dalam bentuk aktualisasi potensi peserta didik menjadi suatu kemampuan atau kompetensi (Soederajat, 2004:11). Kompetensi yang dapat mereka miliki yaitu kompetensi akademik sebagai aktualisasi potensi intelek (IQ), dan kompetensi motorik yang dikembangkan dari potensi inderawi atau fisik.
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia yang berkualitas yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh dan bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil serta sehat jasmani dan rohani (Sahertian, 1992 : 1).
Pendidikan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan secara terencana, sistematis, dan berkesinambungan dalam membina dan membimbing berbagai potensi yang ada pada peserta didik, agar berfungsi secara optimal bagi perannya di masa yang akan datang. Pendidikan menjadi kebutuhan yang amat penting dan strategis dalam mengatasi tantangan era globalisasi. Hal ini disebabkan karena pendidikan terkait langsung dengan pembinaan sumber daya manusia, yang selalu mengalami perubahan.
Dinamika pertumbuhan dan perkembangan penduduk serta kemajuan IPTEK, dan lembaga pendidikan dewasa ini semakin ditantang. Namun, kebanyakan lembaga pendidikan yang ada sekarang ini kurang memperhatikan mutu pendidikan dan kualitas lulusan yang dihasilkannya. Lembaga pendidikan cenderung hanya memikirkan bagaimana suatu lembaga pendidikan tersebut dapat menjaring siswa di lembaganya sebanyak mungkin, baik pendidikan formal maupun non formal. Dengan mendeskripsikan bermacam-macam bentuk fasilitas yang tersedia sehingga menarik banyak peminat. Jika hal semacam ini terus berjalan akan berpengaruh terhadap usaha peningkatan sumber daya manusia, khususnya di Indonesia. Sehingga dikhawatirkan bangsa dan negara ini akan semakin terpuruk, karena memiliki sumber daya manusia yang berkualitas rendah, walaupun Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) merupakan salah satu bidang studi yang secara umum dapat menunjang mata pelajaran yang lain. Bidang studi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat menjadikan proses pendidikan di sekolah menjadi lengkap, utuh dan mengantarkan siswa mengalami pertumbuhan dalam dirinya.
Pendidikan yang integral secara menyeluruh merupakan bagian dari kegiatan olahraga anak didik dalam lingkungan sekolah. Pendidikan penjasorkes bertujuan untuk mempersiapkan siswa menuju kesehatan jasmani, rohani dan mental. Hal ini disebabkan karena dalam materi penjaskes terdapat nilai kreativitas, disiplin, pengembangan jasmani, rohani, mental, emosional, sosial, moral dan seni.
Dalam meningkatkan mutu pendidikan penjaskes di Indonesia, pemerintah menerapkan kurikulum penjasorkes di Sekolah Dasar menyatakan bahwa melalui program penjasorkes yang teratur dan terencana, terarah dan berimbang hendaknya dapat meningkatkan daya kualitas peserta didik. Adapun tujuannya yang meliputi pembentukan dan pembinaan bagi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Penjasorkes di sekolah merupakan salah satu bidang studi yang harus diikuti oleh semua siswa.
Bidang studi ini dapat mengembangkan aspek-aspek potensi yang lebih luas bila dibandingkan dengan bidang studi yang lainnya. Penjaskes tidak hanya dapat mengembangan kemampuan dan keterampilan motorik peserta didik saja, tetapi dapat juga mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan bersikap mental terhadap perkembangan peserta didik.
Menurut Surat Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 413/U/U 1987 Tanggal 14 Juli 1987 menyatakan; Perubahan kurikulum yang dulu bernama mata pelajaran olahraga dan kesehatan (Orkes) berganti menjadi penjaskes. Perubahan atau pergantian kurikulum hanya terjadi dipermukaan saja, sedangkan kualitas pembelajaran masih berbentuk seperti kurikulum yang lama, hal ini dapat dilihat pada sebagian guru penjaskes yang masih terpaku pada pola pembelajaran yang lama.
Pelaksanaan pembelajaran olahraga di Sekolah Dasar negeri gugus I Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung, belum terlaksana dengan maksimal, karna sarana dan prasarana belum memadai sesuai dengan Kenyataan yang ditemukan dilapangan, Dengan demikian tujuan penjasorkes tidak pernah tercapai dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Jumlah siswa di tingkat pendidikan tidak seimbang dengan alat olahraga yang ada. Akibatnya pelaksanaan olahraga di lapangan terkesan sekedar melakukan kewajiban saja pada waktu pembelajaran, yang penting guru sudah mengajarkan materi ajarnya dan umpan balik dari siswa jarang terevaluasi oleh guru. Dampak dari semua pelaksanaan itu, terlihat dimana materi teori yang diberikan diruang kelas tidak tampak aplikasinya di lapangan dan siswa sering menunjukan sikap kurang aktif dan kreaktif disaat praktek olahraga di lapangan.
Pembelajaran penjasorkes dilaksanakan dalam dua kegiatan yaitu pelajaran yang bersifat praktek dan bersifat teori, dilakukan dalam satu waktu yang bersamaan. Materi kurikulum yang bersifat praktek diklasifikasikan terdiri dari berbagai cabang olahraga, seperti; permainan olahraga, aktivitas pengembangan, aktifitas ritmik, senam, pendidikan luar kelas dan pendidikan kesehatan. Apabila dilihat dari distribusi waktunya hanya satu kali dalam satu minggu dengan lama 2 x 35 menit, hal ini memperkecil kemungkinan tercapainya tujuan yang berhubungan dengan kesegaran jasmani.
Adanya asumsi di Sekolah Dasar menyatakan bahwa guru penjasorkes jarang membuat RPP dan silabus yang baru, guru hanya menyalin silabus dan RPP dari tahun ke tahun sebelumnya, karena apa yang akan diajarkan sudah ada didalam konsep pemikiran guru tersebut tanpa memikirkan kurikulum yang telah ditetapkan.
Tugas seorang guru wajib memahami bahwa silabus dan RPP merupakan penjabaran tentang isi kurikulum yang akan di ajarkan kepada siswa. Jika guru penjasorkes tidak menyesuaikan dengan kebutuhan siswa dari tahun ke tahun dalam membuat silabus dan RPP, maka kualitas pelaksanaan pembelajaran tidak akan sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Selain dari pada itu guru penjasorkes kurang mendapat kesempatan di dalam menambah wawasan dan keilmuwan dibidangnya, baik melalui seminar dan penataran penjasorkes sehingga pada waktu pelaksanaan pembelajaran penjasorkes di sekolah kemampuan mereka kurang berkembang.
Penjasorkes merupakan suatu sistem pendidikan individu dalam proses yang sistemik dan sistematik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas baik secara kognitif, afektif dan motorik. Dalam pendidikan tersebut hasil yang akan dimiliki oleh setiap individu siswa akan terkait erat dengan input, proses dan output, input merupakan masukan dalam hal ini adalah siswa.
Setiap siswa tidaklah sama, dengan arti kata siswa merupakan individu-individu yang memiliki karakteristik dan ciri-ciri yang berbeda. Dalam konsep pendidikan disini, input dapat dikatakan sebagai bahan materi yang lain perlu di olah atau diproses. Proses dalam penjaskes merupakan suatu sistem pengolahan atau tempat untuk mengolah siswa sehingga siswa dapat memiliki pengetahuan, kesegaran jasmani, keterampilan dan sikap. Dalam proses ini ada unsur-unsur penting yang selalu menjdi bagian dalam setiap proses pembelajaran penjaskes diantaranya; tujuan, materi, metode, kurikulum, sarana dan prasarana. Sedangkan output merupakan keluaran atau hasil akhir yang dimiliki oleh setiap siswa setelah proses pembelajaran penjasorkes dilaksanakan.
Menurut penulis apabila tanggung jawab dan disiplin kerja guru tidak terlaksana dalam kegiatan proses belajar mengajar tentu tidak akan tercipta suasana pendidikan yang lebih baik. Tidak semudah yang dibayangkan bahwa guru yang sudah mempelajari teori-teori mengajar akan mampu mengajar dengan baik. Namun lebih dari itu seorang guru harus betul-betul profesional dan mampu menempatkan materi pelajaran, menggunakan media, metode dan pengelolaan siswa serta memberikan evaluasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang diberikan oleh guru dan akan lebih buruk lagi apabila seorang guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang keilmuannya karena akan berpengaruh besar terhadap siswa dalam proses belajar megajar.
Untuk menjawab tantangan ini diperlukan personil sekolah yang saling bekerjasama terutama guru-guru dengan kepala sekolah. Seorang guru harus memiliki kemampuan dalam mendidik sehingga guru proaktif dalam pendidikan tersebut.
Mengingat pentingnya seorang guru yang professional yaitu, guru mengajarkan bidang studi yang sesuai dengan bidang keilmuannya dan penuh tanggung jawab dalam proses belajar mengajar, dalam usaha menumbuhkan insan-insan yang berkualitas, maka sangat menarik untuk dicermati dalam sebuah lembaga pendidikan bagaimana keprofesionalan seorang guru dalam proses pembelajaran terutama pada guru penjaskes. sehingga proses belajar mengajar dapat mencapai tujuannya secara berhasil guna dan berdaya guna.
Untuk meningkatkan kemampuan dan kualitasnya dalam mengajar, seorang guru membutuhkan bimbingan dan pembinaan, karena pada kenyataannya banyak kesulitan yang dialaminya. Dalam kondisi yang demikian bantuan dan masukkan dari seoarang figur sangat dibutuhkan untuk menunjang potensi yang lebih baik.
Berdasarkan fenomena di atas, merupakan indikasi bahwa pelaksanaan proses belajar mengajar penjaskes oleh guru penjasorkes belum terlaksana dengan maksimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti, 1) tanggung jawab guru penjasorkes dalam proses belajar mengajar dan disiplin kerja. 2) kemampuan guru merencanakan program pembelajaran, 3) metode mengajar yang digunakan guru, 4) sarana dan prasarana, 5) kemampuan guru dalam memodofikasi materi, 6) motifasi belajar siswa, 7) media yang digunakan guru, 8) persepsi guru kelas, 9) kemampuan guru merencanakan pembelajaran, 10) kemampuan guru melaksanakan pembelajaran, 11) kemampuan guru mengevaluasi pembelajaran. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Persepsi Guru Kelas Terhadap Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Penjaskes Di Sekolah Dasar Negeri 1xxxx” Yang Akan Dijadikan Judul Skripsi.
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukan diatas, kurang terlaksananya pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar Negeri Gugus 1 Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah :
1. Tanggung jawab guru penjaskes dalam proses belajar mengajar dan disiplin kerja.
2. Kemampuan guru merencanakan program pembelajaran.
3. Metode mengajar yang digunakan guru.
4. Sarana dan prasarana
5. Kemampuan guru dalam memodifikasi materi.
6. Motifasi belajar siswa.
7. Media pengajaran yang digunakan guru.
8. Bagaimana persepsi guru kelas.
9. Kemampuan guru merencanakan pembelajaran
10. Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran
11. Kemampuan guru mengevaluasi pembelajaran
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang tercakup dalam penelitian ini, maka penulis merasa perlu untuk membatasinya agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan jangkauan pengetahuan penelitian, waktu, biaya serta sasaran yang diinginkan. Oleh karena itu penelitian ini dibatasi hanya melihat masalah
1. Kemampuan guru merencanakan pembelajaran
2. Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran
3. Kemampuan guru mengevaluasi pembelajaran
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kemampuan guru merencanakan pembelajaran penjasorkes disekolah dasar negeri gugus I kecamatan IV nagari kabupaten sijunjung ?
2. Bagaimana kemampuan guru melaksanakan pembelajaran penjasorkes disekolah dasar negeri gugus I kecamatan IV nagari kabupaten sijunjung ?
3. Bagaimana kemampuan guru mengevaluasi pembelajaran penjasorkes disekolah dasar negeri gugus I kecamatan IV nagari kabupaten sijunjung ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Persepsi guru kelas terhadap kemampuan guru merencanakan pembelajaran penjasorkes disekolah dasar negeri gugus I kecamatan IV nagari kabupaten sijunjung.
2. Persepsi guru kelas terhadap kemampuan guru melaksanakan pembelajaran penjasorkes disekolah dasar negeri gugus I kecamatan IV nagari kabupaten sijunjung.
3. Persepsi guru kelas terhadap kemampuan guru mengevaluasi pembelajaran penjasorkes disekolah dasar negeri gugus I kecamatan IV nagari kabupaten sijunjung.
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memenuhi salah satu syarat bagi peneliti dalam memperoleh gelar sarjana ( S I ) Pendidikan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang.
2. Bagi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan khususnya disekolah Dasar Negeri Gugus I Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung sebagai tenaga terampil yang menyentuh peserta didik pertama kali.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan rekruitmen pembelajaran penjaskes dan penyempurnaan struktur untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar.
4. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Pada.
5. Untuk sipeneliti
6. Untuk dinas yang terkait
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Persepsi berasal dari bahasa inggris yaitu “perseption “yang diartikan oleh hasan Shadily (1982 : 424 ) sebagai tanggapan atau daya memahami, menanggapi sesuatu “. Menurut W. J. S. Poerdarminto (1985), mendefenisikan persepsi adalah opini , tanggapan, anggapan terhadap sesuatu pertistiwa atau kejadian.
Persepsi merupakan salah satu faktor kejiwaan yang cukup besar sumbanganya dalam menilai suatu objek. Persepsi seseorang terhadap suatu objek atau peristiwa tidak akan sama, meskipun berhadapan dengan atau objek peristiwa yang sama.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi persepsi
Persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga persepsi seseorang tidak bisa disamakan dengan persepsi orang lain. Menurut Rahkmad (2000:72) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah : (1) (2) Belajar (3) Mengajar
Perhatian terjadi apabila seseorang mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indranya dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indra yang lain. Apa yang diperhatikan seseorang ditentukan oleh faktor-faktor personal yaitu kebutuhan, pengalaman masa lalu dan lainnya dan faktor-faktor fungsional yang nantinya akan membentuk sebuah persepsi.
Selanjutnya faktor struktural yang membentuk persepsi ditentukan oleh sifat-sifat struktural secara keseluruhan. Jika individu dianggap sebagai anggota keluarga, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat keluarga akan dipengaruhi oleh anggota keluarganya dengan aspek yang berupa asimilasi.
2. Konsep Dasar Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Secara etimologi, pembelajaran adalah kata benda (noun) dari kata kerja (verb) belajar, yang berarti proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Selanjutnya, secara terminologi, pembelajaran adalah hal membelajarkan, artinya mengacu ke segala daya upaya bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan terjadinya peristiwa belajar di dalam diri orang tersebut, istilah pembelajaran ini diperkenalkan sebagai ganti istilah pengajaran.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksinya tersebut banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor yang datang dari lingkungan. Dengan demikian pembelajaran merupakan hasil dari upaya-upaya yang dilakukan supaya seseorang mau dan mampu belajar. Hasil yang diharapkan dengan pembelajaran itu adalah perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik atau lebih sempurna.
Pembelajaran yang berhubungan dengan proses tersebut tidak bisa dipisahkan dari adanya elemen-elemen (komponen), seperti guru, murid, materi, dan metode pembelajaran. Guru sebagai pelaksana pembelajaran, murid sebagai peserta pembelajaran, materi adalah bahan yang akan diajarkan, sedangkan metode adalah cara atau strategi yang diterapkan supaya pembelajaran mencapai sasaran yang diharapkan. Masing-masing komponen-komponen itu sama penting dan sama-sama berperan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
Jadi sistem pembelajaran merupakan sinergisitas antara komponen-komponen pembelajaran, dimana antara satu komponen dengan komponen lainnya saling mempunyai ketergantungan. Satu sistem pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik dan sempurna manakala salah satu dari komponen tersebut diabaikan.
Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar mengajar berakar pada pandangan dan konsep. Usman Moh Uzer mengatakan, proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang belangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Nana Sudjana juga menyatakan bahwa: pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah interaksi siswa dengan lingkungan belajar yang dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
Jadi pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Batas-batas Proses Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk memulai dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur-unsur perencanaan, agar ujuan-ujuan tersebut dapat dicapai, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru merupakan bagian penting yang dapat mempengaruhi hasil pendidikan sekolah. Oleh karna itu kegiatan pembelajaran perlu dilaksanakan secara maksimal agar tujuan dari pembelajaran itu dapat dicapai.
Dalam proses pembelajaran terdapat komponen-komponen yang dikelompok dalam tiga kategori utama yaitu: guru, isi, atau materi pembelajaran siswa, interalisasi dari ketiga ini melibatkan faktor-faktor yaitu, sarana dan prasarana, metode, media, alokasi waktu dan lingkungan belajar sehingga terciptanya suasana pembelajaran yang efektif dan kondusif. Sehingga memungkinkan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian guru Penjaskes yang memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menjalankan proses pembelajaran mampu menjalankan tiga tugas utamanya, yaitu
a. Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran
1. program bulanan
2. program tahunan
3. program semester
4. silabus
5. rpp
b) Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran
1. pembuka dan menutup pelajaran
2. penggunaan metoda
3. penggunaan media
c) Kemampuan Guru Mengevaluasi Pembelajaran.
1. kognitif
2. afektif
3. motorik
B. Kerangka Konseptual
Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan kegiatan siswa untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup kognitif, afektif dan sosial, sehinmgga siswa dapat berkembang sesuai dengan karakteristiknya masing-masing.
Secara sistematis dengan pelaksanaan proses belajar mengajar penjaskes ada tiga hal yang selalu menjadi bagian dari proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut
1. Kemampuan guru merencanakan pembelajaran
2. Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran
3. Kemampuan guru mengevaluasi pembelajaran
Proses pembelajaran yang dilaksankan oleh guru beserta siswa akan menarik dan apabila guru dapat menyampaikan bahan pelajaran sesuai dengan tujan yang dicapai dan siswa pun dapat menguasainya. Semua ini tentu tidak terlepas dari cara guru dalam mempersiapkan rancangan pengajaran itu agar tersusun dengan baik, serta pelaksanaan pembelajaran yang efektif, efisien serta melaksanakan evaluasi dengan baik dan benar selama dalam pelaksanaan pembelajaran, yang disesuaikan dengan kurikulum serta penggunaan metode dan media pembelajaran yang tepat yang disesuaikan dengan materi atau bahan pelajaran.
Selain dari uraian di atas yang lebih penting perlu diperhatikan oleh guru yaitu dapat menghidupkan suasana dalam pembelajaran penjaskes agar menjadi menyenangkan dan terciptanya interaksi yang baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa selama pelajaran itu berlangsung dengan memperhatikan siswa dan karakterisik individu masing-masing dalam menyesuaikan bahan pelajaran dengan pengalaman masalalu.
Apa bila guru sudah memperhatikan dan melakukannya dengan baik dan benar diharapan tujuan pembelajaran akan tercapai lebih optimal. Untuk lebih jelasnya tentang kerangka pemikiran dapat dilihat dari gambar berikut ini :
Gambar 1
Kerangka Konseptual
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kajian teori dalam kerangka konseptual diatas, maka dapat diajukan pertayaan peneliti yaitu :
1. Bagaimana kemampuan guru merencanakan pembelajaran penjasorkes xxxxxxxxxxxxxxxxxx?
2. Bagaimana kemampuan guru melaksanakan pembelajaran penjasorkes xxxxxxxxxxxxxxxxxx?
3. Bagaimana kemampuan guru mengevaluasi pembelajaran penjasorkes xxxxxxxxxxxxxxxxxxx?
DAFTAR PUSTAKA
Ary, Donald, dkk., dalam John W. Best, Research In Education, Englewood Clifts, N.J: Prentice-Hall, (1970)Arikunto, Suharsimi (1990). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian (Edisi Revisi V). Jakarta : Rineka Cipta
Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta : Bumi Aksara, (2003)
Sahertian, Piet A. dkk, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program Insevice Education, Jakarta : PT. Rineka Cipta, tth
Suderajat, Hari, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung : CV. Cipta Reka Grafika, (2004)
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algesindo, (2003)
Depdiknas. UU. RI (2005) Sistem Keolahragaan Nasional. jakarta
Ali (1983) . Pengembangan Kurikulum Disekolah . Bandung : Sinar Baru Algasindo
Rakhmad. (2000). Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi). Bandung
W.J.S Poedarminto. (1985) Kamus Besar Berbahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Depdikbud. (1999). Suplemen Garis-garis Besar Program Pengajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah
Depdiknas.UU.No 20 (2003) Tentang Sistem Pendidkan Nasional. Jakarta : Dikjen Pendidikan Dasar Dan Menengah
Hasan Shadily. (1982) Pengertian Tentang Persepsi
Suharsimi Arikuunto (1989). Manajemen Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Aneka Cipta Madarmaju
Lampiran. I
Angket Penelitian Tentang Kemampuan Guru Dalam Merencanakan Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri Gugus 1 Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.
0 Komentar Untuk "PERSEPSI GURU KELAS TERHADAP PELAKSANAAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENJASKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 xxxxx”"
Posting Komentar