PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi oleh kemajuan dalam dunia pendidikan. Secara formal, dunia pendidikan meliputi pendidikan di tingkat perguruan tinggi, SMA, SMP, dan SD. Untuk menciptakan suatu masyarakat yang maju maka harus dilakukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan mutu pendidikan di semua jenjang pendidikan tersebut. Mutu pendidikan dikatakan baik jika proses belajar mengajar di semua jenjang tersebut benar-benar efektif dan efisien sehingga siswa dapat mencapai kemampuan intelektual, sikap, dan ketrampilan yang
diharapkan.Mutu pendidikan dipengaruhi oleh beberapa hal terutama ketersediaanfasilitas belajar, pemanfaatan waktu, dan penggunaan metode belajar. Padapelaksanaan pembelajaran di kelas guru harus mampu memilih metodepembelajaran yang tepat karena cara guru dalam menyampaikan materi
pelajaran sangat mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran dan minat siswa terhadap materi pelajaran yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Bahar menyatakan bahwa guru berkewajiban untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif bagi siswa agar mencapai hasil pembelajaran yang optimal.2
Dari hasil wawancara dengan guru matematika MI Ar-Rahmah Bendo
Jabung Malang diketahui bahwa prestasi belajar matematika siswa di sekolah
tersebut rendah. Rendahnya prestasi belajar matematika di kelas tersebut
diduga karena guru secara aktif menjelaskan materi, memberi contoh, dan
latihan sedangkan siswa hanya mendengar, mencatat, dan mengerjakan
latihan. Pembelajaran seperti itu kurang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan, membentuk, dan mengembangkan pengetahuannya
sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tersebut kurang mampu
menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa. Selain itu, kecil sekali
peluang terjadinya proses sosial antar siswa yaitu hubungan siswa satu
dengan siswa lainnya dalam rangka membangun pengetahuan bersama.
Konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang
lahir dari gagasan Jean Peaget. Dalam pandangan konstruktivisme,
pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Menurut
Suherman dkk. didalam kelas konstruktivisme, pengetahuan yang berada
dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara
yang satu dengan yang lainnya, dan berpikir secara kritis tentang cara terbaik
untuk menyelesaikan setiap masalah.
Salah satu model pembelajaran yang berpijak pada pandangan
konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada para siswa melaksanakan
kegiatan belajar bersama dengan kelompok kecil (antara 3 sampai 5 orang).
Dalam pembelajaran kooperatif masing-masing siswa anggota kelompok
bertanggung jawab terhadap keberhasilan diri dan anggotanya. Mereka harus
saling membantu melaksanakan tugas yang diberikan kepada kelompoknya
sehingga setiap anggota kelompok mencapai potensi optimal yang mungkin
diraihnya. Sampai saat ini sudah cukup banyak tipe pembelajaran kooperatif
yang dikembangkan, diantaranya adalah Students Team Achievement
Divisions (STAD), Teams Games Turnament (TGT), Jigsaw, Team Assisted
Individralization (TAI), Group Investigation (GI), dan lain-lain.4
Teams Games Turnament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan adanya kerjasama antar anggota kelompok
untuk mencapai tujuan belajar. Terdapat empat tahap dalam TGT yaitu
mengajar, belajar kelompok, turnamen/perlombaan, dan penghargaan
kelompok. Hal yang menarik dari TGT dan yang membedakannya dengan
tipe pembelajaran kooperatif yang lain adalah turnamen. Di dalam turnamen,
siswa yang berkemampuan akademiknya sama akan saling berlomba untuk
mendapatkan skor tertinggi di meja turnamennya. Jadi siswa yang
berkemampuan akademiknya tinggi akan berlomba dengan siswa yang
berkemampuan akademiknya tinggi, siswa yang berkemampuan akademiknya
sedang akan berlomba dengan siswa yang berkemampuan akademiknya
sedang, siswa yang berkemampuan akademiknya rendah akan berlomba
dengan siswa yang berkemampuan akademiknya rendah juga. Oleh karena
itu, setiap siswa punya kesempatan yang sama untuk menjadi yang terbaik di
meja turnamennya. Hal ini tentu akan memotivasi siswa dalam belajar
sehingga berpengaruh juga terhadap prestasi belajar siswa.
Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, maka perlu suatu
tindakan guru untuk mencari dan menerapkan suatu model pembelajaran yang
sekiranya dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa. Dalam rangka itu peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan
judul: ” Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games
Turnament) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah Jabung Malang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut diatas,
maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam
pembelajaran matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang?
2. Bagaimana peningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V MI
Ar-Rahmah Jabung Malang dengan diterapkannya pembelajaran
kooperatif tipe TGT?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk:
1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran
matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang.
2. Peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah
Jabung Malang dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe TGT.
D. Hipotesis Penelitian
Jika pembelajaran kooperatif tipe TGT diterapkan dalam proses pembelajaran
Matematika, maka prestasi belajar siswa kelas V MI. Ar-Rahmah Jabung
Malang dapat meningkatkan.
E. Manfaat Penelitian
1. Lembaga atau sekolah
Memberikan masukan pada sekolah yang berkaitan dengan
penggunaan metode pembelajaran kooperatif model TGT untuk dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan sebuah pengajaran yang
lebih baik.
2. Guru
Penggunaan metode pembelajaran kooperatif model TGT ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru dalam proses belajar mengajar
sehingga dapat meningkatkan keaktifan, kekreatifan bagi peserta didik dan
juga pemahaman peserta didik sehingga terbentuk proses pembelajaran
yang diinginkan atau tercapainya proses kegiatan belajar mengajar yang
bagus.
3. Siswa
Memberikan pengetahuan, semangat, dorongan serta solusi untuk
belajar lebih giat atau lebih aktif lagi dalam setiap pelajaran yang
disampaikan oleh guru.
4. Peneliti.
Menambah pengetahuan atau wawasan dalam penggunaan metode
pembelajaran kooperatif model TGT sehingga nantinya dapat dijadikan
sebagai bahan, latihan dan pengembangan dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar.
5. Bagi Jurusan
Bagi jurusan hasil penelitian sangat bermanfaat dalam rangka
perbaikan sistem pembelajaran, sedangkan bagi dosen yang lain hasil
penelitian dapat digunakan sebagai referensi dalam memilih dan
menerapkan suatu strategi, metode atau media yang sesuai dengan tujuan
atau kompetensi pembelajaran tertentu.
6. Bagi Fakultas/Universitas
Sebagai wahana untuk menjalankan tugasnya dalam mengemban
Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni melaksanakan: (1) pendidikan dan
pembelajaran, (2) penelitian, dan (3) pengabdian kepada masyarakat,
terlebih fakultas ini memiliki tugas menghasilkan calon-calon guru
profesional di masa depan. Dengan demikian hasilnya dapat dijadikan
sebagai bahan masukan dalam mempersiapkan calon guru di masa yang
akan datang dan juga sebagai pengembangan keilmuan khususnya masalah
pembelajaran.
F. Definisi Operasional
Dalam pembahasan skripsi ini agar lebih terfokus pada permasalahan
yang akan dibahas, sekaligus menghindari terjadinya persepsi lain mengenai
istilah-istilah yang ada, maka perlu adanya penjelasan mengenai definisi
istilah dan batasan-batasannya.
Adapun definisi dan batasan istilah yang berkaitan dengan judul
dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Belajar dan pembelajaran, belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan, baik itu
perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pembelajaran
merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memudahkan siswa dalam
mencapai tujuan atau keberhasilan yang diharapkan.
2. Belajar matematika pada hakekatnya adalah berkenaan dengan ide-ide,
struktur yang diatur menurut aturan yang logis.
3. Metode pembelajaran kooperatif adalah aktivitas belajar oleh kelompok
kecil siswa yang di dalamnya terjadi kerja sama, saling menyumbangkan
pikiran untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok, pemecahan masalah
dan tanggung jawab terhadap pencapaian hasi belajar secara individu
maupun kelompok.
4. Metode pembelajaran kooperatif model teams games tournament (TGT)
adalah salah satu model pembelajaran yang merupakan bagian dari metode
belajar kooperatif. Melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement.
5. Prestasi Belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan diri individu sebagai hasil dari aktivitas
belajar.5
G. Sistematika Pembahasan
Penulisan penelitian ini , peneliti bagi menjadi 4 (empat) bab, tiap bab
menjadi sub bab yaitu sebagai berikut :
Bab I
Bab II
:
:
Pendahuluan yang menggambarkan masalah-masalah yang
akan dibahas pada bab berikutnya, terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis
penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan
sistematika pembahasan.
Merupakan kajian teoritik yang menjelaskan tentang
pengertian Belajar dan Pembelajaran, Belajar Matematika,
Metode Pembelajaran Kooperatif dan Metode Pembelajaran
Kooperatif model Teams Games Tournament (TGT), dan
Prestasi Belajar.
Merupakan bab yang menerangkan tentang metode
pendekatan yang digunakan peneliti dalam pembahasannya
yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran
peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan
temuan, tahap-tahap penelitian.
Merupakan bab yang memaparkan latar belakang obyek
penelitian dan paparan data.
Merupakan pembahasan hasil penelitian untuk menjawab
masalah penelitian
Penutup memuat tentang: kesimpulan, saran, dan bagian
akhir. Bagian akhir ini terdiri dari: daftar rujukan, lampiranlampiran,
dan daftar riwayat hidup.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu ”prestasi” dan
”belajar”. Untuk memahami pengertian prestasi belajar, maka perlu
diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan ”prestasi” dan apa
yang dimaksud dengan ”belajar”.
Kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu ”Presesatie” yang
kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi ”prestasi” yang berarti hasil
usaha.6
Mas’ud Hasan Abdul Qohar berpendapat prestasi adalah apa yang
telah diciptakan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan
jalan keuletan kerja.7
Sementara itu Widodo dalam kamus ilmiah populer berpendapat,
bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai.8
Pada umumnya prestasi ini digunakan untuk menunjukkan suatu
pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan atau bukti suatu
keberhasilan.
Dari beberapa pendapat, penulis dapat melihat beberapa unsur dari
definisi prestasi yaitu adanya usaha dan hasil yang dicapai. Berangkat dari
unsur-unsur ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi adalah
suatu hasil yang telah dicapai seseorang, baik itu menyenangkan hati
ataupun tidak, berkat adanya usaha yang keras.
Sedangkan belajar menurut Slameto adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.9
Sedangkan menurut Drs. M Uzer Usman belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan
tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat
fisiologis atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi karena belajar
dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan, kecakapan atau
dalam ketiga aspek yakini pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan
ketrampilan (psikomotorik).10 Sementara itu Dr. Arief S. Sadiman
berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses komplek yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga
keliang lahat nantiDari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa secara umum
pengertian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah
mengadakan perubahan tingkah laku berkat pengalamannya dalam
berinteraksi dengan lingkungannya, atau lebih ringkasnya adalah bukti
keberhasilan yang dapat dicapai seseorang dalam kegiatan belajarnya.
Seseorang telah belajar kalau terdapat perubahan tingkah laku
dalam dirinya. Perubahan tersebut hendaknya terjadi sebagai akibat
interaksi dengan lingkungannya. Tidak karena proses pertumbuhan fisik
atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obatobatan.
Kecuali perubahan tersebut bersifat relatif permanen, tahan lama
dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja.
Prestasi belajar merupakan suatu hal yang bersifat Perennial.
Dalam sejarah kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi menurut
bidang dan kemampuan masing-masing. Bila demikian halnya, kehadiran
prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu
dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya yang
masih berada pada bangku sekolah.
Maka kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar
siswa sebagaimana yang terurai diatas adalah ”mengetahui garis-garis
besar indikator (penunjuk adanya prestasi tersebut) diakitkan dengan jenis
prestasi yang hendak diungkapkan atau diukurPengambilan keputusan tentang hasil belajar ini merupakan suatu
keharusan yang harus dilakukan oleh guru untuk menentukan tinggi
rendahnya prestasi belajar siswa. Disamping itu penilaian terhadap prestasi
belajar siswa juga untuk memahami dan mengetahui tentang siapa dan
bagaimana peserta didik itu, pemahaman tentang peserta didik ini untuk
mengetahui kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan yang
dimilikinya, agar mempermudah dan membantu guru dalam
mengembangkan program pengajaran yang harus diberikan.
Oleh karena itu dengan adanya evaluasi atau test maka akan
diketahui sejauh mana kemajuan siswa setelah menyelesaikan suatu
aktivitas dan juga untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajarnya atau
dengan kata lain siswa akan mengetahui prestasi belajarnya dalam kurun
waktu tertentu.
Sedangkan untuk menentukan nilai akhir dan mengukur prestasi
belajar siswa, maka perlu evaluasi yang bisa berupa test formatis maupun
test sumatif. Akan tetapi sebelum melakukan evaluasi perlu disusun
standar penilaian terlebih dahulu untuk menentukan tinggi rendahnya
prestasi belajar siswa dengan harapan mendapat data sebagai bahan
informasi guna mempermudah dalam melaksanakan evaluasi terhadap
kegiatan pengajaran.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik berasal dari dalam dirinya (Internal) maupun dari luar dirinya(eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu
pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa
mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
Makmun dalam buku Mulyasa komponen-komponen yang terlibat
dalam pembelajaran, dan berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah:
a. Masukan mentah menunjukkan pada karakteristik individu yang
mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses
pembelajaran.
b. Masukan instrumental, menunjuk pada kualifikasi serta kelengkapan
sarana yang diperlukan, seperti guru, metode, bahan, atau sumber dan
program.
c. Masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan
suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman.
Uraian di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar bukanlah
sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil berbagai faktor yang
melatar belakanginya. Dengan demikian, untuk memahami tentang
prestasi belajar, perlu didalami faktor-faktor yang mempengaruhinyaa. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
peserta didik dapat digolongkan kedalam faktor sosial dan non sosial.
1) Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi
dalam situasi sosial. Termasuk lingkungan keluarga, sekolah,
teman dan masyarakat pada umumnya.
2) Sedangkan faktor non sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang
bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik, misalnya keadaan
rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan
sebagainya.
Faktor Eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung
maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil
belajar peserta didik. Di samping itu, di antara beberapa faktor
eksternal yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar ialah
peranan faktor guru atau fasilitator. Dalam sistem pendidikan dan
khususnya dalam pelajaran yang berlaku dewasa ini peranan guru dan
keterlibatannya masih menempati posisi yang penting. Dalam hal ini
efektivitas pengelolahan faktor bahan, lingkungan, dan instrumen
sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi proses dan prestasi
belajar, hampir keseluruhannya bergantung pada guru.
Proses pembelajaran tidak berlangsung satu arah melainkan
secara timbal balik. Kedua pihak berperan secara aktif dalam kerangka
kerja, serta dengan menggunakan cara dan kerangka berfikir yangseyogyanya dipahami dan disepakati bersama. Tujuan interaksi
pembelajaran merupakan titik temu yang bersifat mengikat dan
mengarahkan aktivitas kedua belah pihak. Dengan demikian Kriteria
keberhasilan pembelajaran hendaknya ditimbang atau dievaluasi
berdasarkan tercapai tidaknya tujuan bersama tersebut.
Faktor sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang
tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi
keluarga (letak rumah) semuanya dapat memberi dampak baik atau
buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
Contoh: kebiasaan yang diterapkan orang tua dalam memonitor
kegiatan anak dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal
ini bukan saja anak tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung
berperilaku menyimpang, terutama perilaku menyimpang yang berat
seperti anti sosial.
b. Faktor Internal
Uzer mengklasifikasikan faktor internal mencakup:
1) Faktor Jasmaniah (fisiologi), yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah panca indera yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat
tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya
kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.
2) Faktor psikologi, baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh terdiri atas:
a) Faktor Intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu
kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu
prestasi yang dimiliki.
b) Faktor Non Intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,
dan penyesuaian diri.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis, faktor yang berasal dari
diri sendiri (Internal), seperti Intelegensi, minat, sikap dan
motivasi.
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Intelegensi merupakan
dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar yang
dicapai akan bergantung pada tingkat Inteligensi. Dan hasil belajar
yang dicapai tidak akan melebihi tingkat Intelegensinya. Semakin
tinggi tingkat intelegensi, makin tinggi pula kemungkinan tingkat hasil
belajar yang dapat dicapai. Jika intelegensinya rendah. Maka
kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah. Meskipun demikian,
tidak boleh dikatakan bahwa taraf prestasi belajar disekolah kurangpastilah Inteligensinya kurang, karena banyak faktor lain yang
mempengaruhinya.14
Minat yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena itu minat dapat
mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu.
Sikap adalah gejala Internal yang berdimensi afektif, berupa
kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap tehadap
obyek orang, barang dan sebagainya baik secara positif maupun
negatif.
Selain faktor di atas yang mempengaruhi, prestasi belajar juga
dipengaruhi oleh waktu dan kesempatan. Waktu dan kesempatan yang
dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh
terhadap perbedaan kemampuan peserta didik. Dengan demikian
peserta didik yang memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk
belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi dari pada yang hanya
memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar.
3. Usaha Kearah Peningkatan Prestasi Belajar
Berhasil atau tidaknya peserta didik belajar sebagian besar terletak
pada usaha dan kegiatannya sendiri, disamping faktor kemauan, minat,
ketekunan, tekad untuk sukses, dan cita-cita tinggi yang mendukung setiap
usaha dan kegiatannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan
prestasi belajar antara lain:
a. Keadaan Jasmani
Untuk mencapai hasil belajar yang baik, diperlukan jasmani
yang sehat, karena belajar memerlukan tenaga, apabila jasmani dalam
keadaan sakit, kurang Gizi, kurang istirahat maka tidak dapat belajar
dengan efektif.
b. Keadaan Sosial Emosional.
Peserta didik yang mengalami kegoncangan emosi yang kuat,
atau mendapat tekanan jiwa, demikian pula anak yang tidak disukai
temannya tidak dapat belajar dengan efektif, karena kondisi ini sangat
mempengaruhi konsentrasi pikiran, kemauan dan perasaan.
c. Keadaan lingkungan
Tempat belajar hendaknya tenang, jangan diganggu oleh
perangsang-perangsang dari luar, karena untuk belajar diperlukan
konsentrasi pikiran. Sebelum belajar harus tersedia cukup bahan dan
alat-alat serta segala sesuatu yang diperlukan.
d. Memulai pelajaran
Memulai pelajaran hendaknya harus tepat pada waktunya, bila
merasakan keengganan, atasi dengan suatu perintah kepada diri sendiri
untuk memulai pelajaran tepat pada waktunya.
e. Membagi pekerjaan
Sewaktu belajar seluruh perhatian dan tenaga dicurahkan pada
suatu tugas yang khas, jangan mengambil tugas yang terlampau berat
untuk diselesaikan, sebaiknya untuk memulai pelajaran lebih dulu
menentukan apa yang dapat diselesaikan dalam waktu tertentu.
f. Adakan kontrol
Selidiki pada akhir pelajaran, hingga manakah bahan itu telah
dikuasai. Hasil baik menggembirakan, tetapi kalau kurang baik akan
menyiksa diri dan memerlukan latihan khusus.
g. Pupuk sikap optimis
Adakan persaingan dengan diri sendiri, niscaya prestasi
meningkat dan karena itu memupuk sikap yang optimis. Lakukan
segala sesuatu dengan sesempurna, karena pekerjaan yang baik
memupuk suasana kerja yang menggembirakan.
h. Menggunakan waktu
Menghasilkan sesuatu hanya mungkin, jika kita gunakan waktu
dengan efisien. Menggunakan waktu tidak berarti bekerja lama sampai
habis tenaga, melainkan bekerja sungguh-sungguh dengan sepenuh
tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas yang khas.
i. Cara mempelajari buku
Sebelum kita membaca buku lebih dahulu kita coba
memperoleh gambaran tentang buku dalam garis besarnya.j. Mempertinggi kecepatan membaca
Seorang pelajar harus sanggup menghadapi isi yang sebanyakbanyaknya
dari bacaan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Karena itu harus diadakan usaha untuk mempertinggi efisiensi
membaca sampai perguruan tinggi.
Untuk suatu tindakan yang efisien diperlukan adanya kesiapan
dalam diri individu baik kesiapan fisik maupun kesiapan mental. Demikian
pula dalam belajar, kesiapan ini merupakan hal yang esensial.15
Kesiapan dapat diartikan sebagai sejumlah pola-pola respon atau
kecakapan tertentu yang diperlukan untuk suatu tindakan. Pada dasarnya
kesiapan merupakan kapasitas fisik maupun mental untuk belajar, disertai
harapan ketrampilan yang dimiliki dan latar belakang untuk mengerjakan
sesuatu. Seseorang dikatakan siap untuk sesuatu buku bila mempunyai
latar belakang pengetahuan untuk memahami isi buku, mempunyai
kemauan untuk melakukannya, dan mempunyai harapan ketrampilan
tertentu yang akan dimiliki sesudah mempelajari buku tersebut.
B. Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Menurut Arifin belajar merupakan proses aktif siswa untuk
mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam
kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baikmandiri maupun dibimbing. Dorongan untuk belajar ini bisa berasal dari
dirinya sendiri yang disebut motivasi instrinsik dan dorongan yang datang
dari luar dirinya yaitu disebut dengan motivasi ekstrinsik16.
Menurut Dimyati & Mudjiono belajar merupakan hal yang
kompleks. Kompleks belajar ini dapat dipandang dari dua aspek, yaitu dari
siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses.
Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Dari
segi guru proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku tentang suatu
hal. Belajar merupakan proses internal yang kompleks yang meliputi
seluruh ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor17.
Dalam belajar siswa akan mengalami proses perubahan tingkah
laku baik itu perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Slameto
mengemukakan “belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya” 18.
Perubahan yang terjadi dalam hal ini banyak sekali, dan tentunya
tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam
arti belajar. Menurut Fontana belajar adalah “proses perubahan tingkah
laku individu yang relatif tetap sebagai hasil pengalaman, sedangkanpembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi
nuansa agar program pembelajaran tumbuh dan berkembang secara
optimal”19. Menurut Djamarah belajar yaitu “serangkaian kegiatan jiwa
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotorik” 20.
Menurut Winkel belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan
nilai sikap. Seorang guru mengetahui dari pengalaman bahwa kehadiran
siswa dalam kelas belum berarti siswa sedang belajar, selama siswa tidak
melibatkan diri dia tidak akan belajar. Sehingga supaya terjadi belajar
dituntut orang melibatkan diri dan harus ada interaksi aktif21.
2. Ciri-Ciri Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.
Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa
adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses
belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan
sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang
19 Selvia, Belajar. 2008, (http://tpers.net/?p=935) hal. 1. Diakses tanggal 28 Maret 2009
20 Djamarah, Syaiful dan Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar (Jakartadijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang sesuatu hal tersebut
tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.22
Pada pendidikan formal, guru adalah praktisi yang paling
bertanggung jawab atas berhasil tidaknya program pembelajaran di
sekolah/madrasah, sebab guru merupakan ujung tombak atau memiliki
peran sentral dalam kegiatan pembelajaran di ruang kelas. Sebagai seorang
praktisi yang berhadapan langsung dengan siswa sehari-hari, guru pasti
pernah menghadapi masalah berkaitan dengan pekerjaannya. Sebagai
seorang pendidik ia berkeinginan akan apa yang akan diajarkannya atau
sedang dibahas dengan siswa dapat dipahami atau diserap oleh siswa
seoptimal mungkin, namun seringkali tidak sesuai dengan apa yang ia
harapkan.
Pada saat ini kebanyakan strategi yang digunakan oleh guru dalam
kelas-kelas tradisional pada umumnya meliputi: penggunaan ceramah,
tanya jawab, penjelasan, pemberian ilustrasi, pendemonstrasian, atau
mengarahkan siswa secara langsung ke sumber informasi selama
pembelajaran berlangsung, atau menggunakan buku teks untuk pemberian
tugas-tugas rumah. Semua itu dirancang dan seringkali dijalankan oleh
guru, sementara siswa hanya melihat.
Model pembelajaran seperti itu terbukti gagal mencapai tujuan
pembelajaran secara maksimal, sehingga pada saat ini banyak sekali
beberapa konsep pembelajaran yang diperkenalkan untuk mendongkrakketerpurukan mutu pembelajaran. Beberapa konsep pembelajaran tersebut
antara lain: Active Learning, Contekstual Teaching Learning dan lain
sebagainya, yang pada intinya menawarkan strategi pembelajaran yang
mengutamakan aktivitas siswa dari pada aktivitas guru. Untuk tujuan
inilah guru seharusnya memiliki keberanian untuk melakukan berbagai uji
coba terhadap suatu metode mengajar, membuat suatu media murah, atau
penerapan suatu strategi mengajar tertentu yang secara teoritis dapat
dipertanggungjawabkan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran.
Dalam hal ini yang paling penting adalah ”seberapa jauh modelmodel
pembelajaran tersebut mampu memfasilitasi peserta didik
memperoleh pengalaman belajar yang mencerminkan penguasaan suatu
kompetensi yang dituntut kurikulum? Oleh karena itu, agar diperoleh
model pembelajaran yang efektif untuk mengimplementasikan kurikulum
berbasis kompetensi perlu memperhatikan pula krucut pengalaman belajar
yang dikemukakan Peter Sheal sebagaimana digambarkan dalam krucut
pengalaman di bawah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin, Nur. 29 Maret 2009. Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Konsep
Jamur Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-Head-
Together Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 1 Gebog
(http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/meningkatkan-hasil-belajarbiologi.
htmlperbedaansmpn1boyolali.files.wordpress.com/2008/07/coop
erativ-l.pptIbrahim)
Arifin, Zainal. 1991. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Arifin. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Jakarta: Jurusan Pendidikan
Kimia FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Azizah, Siti Nurlailah. 2004. “Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa
Antara Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Kooperatif Model TGT
Dan Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Konvensional Pada
Pokok Bahasan Statistika Siswa Kelas VIII SLTPN 2 Malang Tahun
Ajaran 2003/2004”, Skripsi, FMIPA UM Malang.
Djamarah, Syaiful Bakri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional.
Djamarah, Syaiful dan Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Erman, S. Ar. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung:
IMSTECJKA.
Heriani, Korelasi Tingkat Kesulitan Belajar Matematika Dengan Prestasi
Belajar Matematika di SMU. (http://diakses tanggal 28 Maret 2009)
Hidayah, Khusnul. 2005. “Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Diajar
menggunakan Pembelajaran kooperatif Model TGT dan Siswa yang
Diajar Menggunakan Ekspository Pada Pokok Bahasan Toerema
Phytagoras di MTSN II Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang.
Is, Siti Rosmawar. 28 Maret 2009. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning) Dan Kaitannya Dalam Meningkatkan Kapasitas Siswa
(|http://jurnal-kompetensi.blogspot.com/2008/02/model-pembelajarankooperatif.
html).
Kahfi, Shohibul. 2003. Pembelajaran Kooperatif dan Pelaksanaannya dalam
Pembelajaran Matematika. Malang: FMIPA UM.
Mardalis. 2006. Metode Penelitian suatu pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Muslimin, & Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA.
Mujiono, & Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nasution, Wahyudin Nur. 28 Maret 2009. Efektivitas Strategi Pembelajaran
Koperatif dan ekspositori Terhadap Hasil Belajar Sains Ditinjau Dari
Cara Berpikir (http://rafiud.wordpress.com/assalamualaikum/ciri
kooperatif).
Noornia, Anton. 2005. “Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan STAD
(Student Teams Achievment Divisioan) pada Pengajaran Persen Kelas
VI SD Islam Maarif 02 Singosari”, Skripsi,FMIPA UM Malang.
Qohar, Mas’ud Hasan Abdul. 1983. Kamus Ilmu Populer. Jakarta: Bintang
Pelajar.
Rahayu, Sri. 1998. Pembelajaran Kooperatif Dalam Pendidikan Ipa Jurnal
Matematika Ipa Dan Pengajarannya.Selvia. 2008. Belajar. 28 Maret
2009 (http://tpers.net/?p=935)
Rusyidah. 2005. “Belajar Kooperatif Model STAD untuk Membantu Pemahaman
Siswa pada Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas II SMP Negeri 4
Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang.
R. Soedjadi. 1999/2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Sadiman, Arief. S., dkk. 2003. Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan
Manfaatnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sasmito, Heri. 2005. “Perbedaan Efektivitas Pembelajaran Matematika yang
Menggunakan Pendekatan Kooperatif model TGT dengan yang
Menggunakan Metode Ekspositori di SLTP LAB UM”, Skripsi, FMIPA
UM Malang.
Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembelajarani: Teori dan Praktek. Malang:
Elang Mas.
Silberman, Melvin L.. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung: Penerbit Nusamedia.
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Srie N' Oedhien. 29 Maret 2009. Penerapan Model Cooperative Learning Teknik
Jigsaw (http://s1pgsd.blogspot.com/2008/12/penerapan-modelcooperative-
learning.html)
Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Usman, M. Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Verawati, Usnida Junaeka. 2005. ”Perbedaan Prestasi Belajar Matematika siswa
kelas 1 SMP Negeri 6 Malang Melalui Pendekatan Pembelajaran
Kooperatif Model Jigsaw dan Ekspositori Pada Sub Pokok Bahasan
Keliling, Luas Persegi dan Persegi Panjang”, Skripsi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UM Malang.
Widodo. 2000. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Absolut
Wijayanti, Ichad Carry. 2002. Perbandingan Prestasi Belajar Antara Siswa yang
diajar dengan Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Pembelajaran
Konvensional pada Bahasan Dinamika Gerak Lurus di SMUN 5
Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang.
W.S. Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
--------------------http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf. 29 Maret 2009
0 Komentar Untuk "PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA"
Posting Komentar